Wow.. Omset Bisnis Tenun Ikat Bisa Capai Rp4 Miliar/Bulan

img
salah seorang pemilik toko penjualan tenun ikat di pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta.

Harianmomentum--Pusat Perbelanjaan Thamrin City Jakarta terus mendukung kehadiran usaha kerajinan tenun ikat dari berbagai penjuru Nusantara. Bukan saja menjanjikan keuntuangan secara ekonomi, usaha tersebut juga berdampak  positif dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah.

 

Menurut General Manager Operasional Thamrin City Adi Adnyana, keberadaan para pengrajin tenun yang memasarkan produk warisan nenek moyang tersebut di Thamrin City terus bertambah dari tahun ke tahun. 

 

“Penambahan bukan hanya dari sesi jumlah pengrajin, tapi juga  sisisi pemasaran. Sekarang toko-toko penjualan produk tenun ikat di Thamrin City makin banyak. Awalnya hanya di lantai satu, sekarang sudah merambah ke lantai dua dan lantai tiga,” kata Adi pada kontributor harianmomentum.com, Minggu (13/8).

 

Pihak pengelola Thamrin City, lanjut Adi, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengrajin tenun ikat dari berbagai daerah untuk memasarkan produknya di pusat perbelanjaan tersebut.

 

“Kami siap mendukung dan memberikan kemudahan untuk bisa memasarkan dan mempromosikan produk-produk tenun khas dari berbagai daerah di Indonesia,” ungkapnya.

 Keuntungan berbisnis tenun ikat di Thamrin City dirasakan oleh Tetty Sinuhadji pemilik toko Njonjah Poenja yang sudah memulai usaha sejak lima tahun lalu.

 

“Awalnya saya hanya punya satu toko kecil. Dengan kerja keras keliling Indonesia mendatangi para pengrajin tenun ikat  daerah, sekarang usaha saya makin berkembang. Sekarang di Thamrin City ini, saya punya delapan toko dengan omset  mencapai Rp4 miliar per bulan,”  kata  Tetty.

 

Hal yang sama juga dirasakan Abdul Somad yang khusus menjual  tenun ikat produksi ATBM Troso, Jepara. Bisnis tersebut sudah dilakoni  Abdul Somad    sejak 7 tahun lalu. “Boleh dibilang kami perintis berdagang kain tenun ikat di Thamrin City, ketika suasana masih sepi dan hanya ada beberapa pedagang yang buka toko di sini,” tuturnya.

 

Menurut dia, jenis tenun  Baron, Endek, Kamen, Selendang dan Syal sekarang mulai banyak dipasarkan di Thamrin City.

 

Di toko Maghrifoh miliknya yang berlokasi di lantai dasar Thamrin City, Abdul Somad menjual aneka motif tenun ikat dari Bali, Toraja, Lombok  dan Kalimantan

 

“Harga bervariasi mulai dari Rp.40 ribu hingga 800 ribu per lembar kain, dan mulai Rp35 ribu sampai Rp80 ribu per meternya, bahkan  untuk motif lurik dan polos adaya harganya  hanya Rp25 ribu per meter ” ungkapnya.

 

Hingga kini usaha tenun ikat Abdul Somad yang berada di lantai 1 terus berkembang dan sudah memiliki 3 toko di Thamrin City. 

 

“Lumayan berkembang bagus usaha disini, saat ini omset bisa mencapai Rp100 juta per bulan,” tandasnya.

 

Kerajinan Tenun ikat sebagai usaha turun temurun yang mendatangkan untung juga diakui Habib yang berdagang kerajinan tenun ikat Jepara dengan nama toko Sanubari di Thamrin City.

 

“Kami produksi tenun ikat di Jepara dengan motif, diantaranya parang atau liris, senandung, besurek kaltor, sekar, sarawak, tameng dan sasasoe.  Selain itu juga dari  berbagai daerah lain, seperti Ulos Karo, motif Kalimantan dan Bengkulu,” kata  Habib.

 

Saat ini Habib  memiliki dua toko di Thamrin City dengan omset penjualan Rp50 juta hingga Rp100 Juta per bulan.  (amr)






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos