Harianmomentum--Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ikut mengecam tindakan tidak terpuji Kapolres Waykanan Ajun Komisaris Besar Budi Asrul Kurniawan. Pejabat menengah (pamen) di jajaran Polda Lampung itu, diminta untuk lebih bijak dalam bersikap.
"Kalau tidak bisa bicara yang baik-baik, sebaiknya
diam saja. Apalagi sebagai pejabat publik," timpal Ketua ICMI Jimly
Asshiddiqie saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/8).
Jimly menduga, insiden yang melibatkan Budi, dipicu kondisi media sosial
(medsos) yang tidak terkontrol. Khususnya, terkait informasi miring yang
menyudutkan profesi jurnalis.
Sehingga, pamen dengan melati dua dipundaknya itu, ikut terpengaruh dan
mengomentari profesi jurnalis.
"Ini berbahaya kalau polisi turut membenci hanya karena berita di medsos.
Karena itu belum tentu mengandung kebenaran," tutur Ketua DKPP itu.
Menurut Jimly ada dua sisi realitas kebenaran antara dunia nyata dengan medsos.
Termasuk, aplikasi pesan berantai WhatsApp (WA). Sehingga, tidak seharsunya semua
informasi yang beredar via medsos atau WA perlu disikapi serius.
"Harusnya, kerja saja yang benar. Cuekin saja. Itu kan hanya ulang
segelintir orang. Kapolres, sebagai pejabat resmi, harusnya melayani bukan
menakuti profesi wartawan," sesalnya.
Seperti diketahui, berdasarkan informasi yang dihimpun, penghinaan diduga
dilakukan Budi saat tengah bertugas di Kampung Negeribaru, Blambanganumpu,
Waykanan, Minggu (27/8) lalu. Saat itu, sekira pukul 02.30 WIB, Budi dan
anggotanya bermaksud menertibkan potensi kisruh dua kubu. Yaitu antara
massa pro dan kontra batubara yang hampir terlibat chaos.
Pada saat bersamaan, dua wartawan elektronik bermaksud mengabadikan peristiwa
tersebut dengan kamera dan perekam mereka.
Melihat hal itu, Budi diduga langsung melarang awak media melaksanakan tugasnya
meliput peristiwa tersebut. Alasannya, Budi trauma dengan kejadian di
Tulungbuyut, Gununglabuhan. Sebab, rekamannya yang berbicara di depan khalayak
kala itu diunggah ke media sosial sehingga mendapatkan beragam tanggapan dari
netizen.
Lantas, Budi mengatakan, di era digital saat ini orang lebih suka menonton
televisibatau situs internet porno daripada menonton siaran berita. Bahkan, ia
pun menghina profesi wartawan dan mendiskreditkan media cetak di Lampung. Di
hadapan dua wartawan, Budi menyamakan profesi jurnalis dengan kotoran hewan.
Bukan itu saja, dia juga menyatakan koran di Lampung tidak ada yang membaca.
"Sekarang orang nonton HBO, bokep. Ngapain nonton berita," ujar Budi
yang juga menantang wartawan lainnya untuk melawannya.(san/rmol)
Editor: Harian Momentum