Harianmomentum--Gubernur
Lampung Muhammad Ridho Ficardo meminta kalangan industri kopi memperluas
kapasitas dengan kemitraan petani kopi.
Perluasan kemitraan ini, menurut Gubernur, merupakan upaya paling
efektif dalam meningkatkan kualitas kopi Lampung.
"Petani bukan sekedar menghasilkan kopi, tapi kita dorong
mengoptimalkan lahan dan meningkatkan mutu kopi berstandar internasional.
Pembinaan itu harus dilakukan bersama pemerintah daerah dan swasta, agar lebih
banyak petani terbina," kata Gubernur Ridho, usai menutup peringatan Hari
Kopi Internasional di Hotel
Novotel, Bandarlampung, Minggu (1/10).
Gubernur meminta agar kopi menjadi industri kreatif dan konten
pariwisata khususnya pengembangan tapis. "Ketika bicara Lampung ingatan
orang tertuju pada kopi dan tapis. Saya bercita-cita Lampung menjadi destinasi
wisata kopi," kata Gubernur Ridho.
Konsep pertanian dan pariwisata ini, kata Ridho, sukses dijalankan
Thailand yang mengemas pertanian dari hulu ke hilir menjadi produk pariwisata.
Menurut Gubernur, potensi Thailand dan Lampung hampir sama.
"Lampung punya potensi menyamai Thailand di bidang ini. Semua potensi kita
punya," kata Gubernur.
Salah satu upaya menaikkan pamor kopi Lampung, kata Gubernur, adalah
dengan meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri. Peringatan Hari Kopi
Internasional, kata Ridho, akan digelar setiap tahun sebagai upaya
mempromosikan kopi menjadi gaya hidup masyarakat baik di Lampung maupun
nasional.
Pemerintah Pusat, kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah,
Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, memuji upaya Lampung dalam
meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri.
Dia mengakui konsumsi kopi dalam negeri masih kecil yakni 1,1 kg per
kapita/tahun, sedangkan yang tertinggi yakni Finlandia 11,4 kg kapita/tahun.
"Potensi pasar dalam negeri masih berkembang baik. Oleh karena
itu, kebijakannya adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti
barista, roaster, penguji cita rasa, dan peningkatan nilai tambah kopi dalam
negeri terutama kopi sangrai atau roadted bean, melalui penguasaan teknologi
roasting," kata Gati Wibawaningsih.
Kebijakan itu, kata Gati, secara perlahan akan membuat Indonesia
tidak lagi menjadi negara pengekspor biji kopi, tapi eksportir kopi sangrai
untuk Asia, bahkan dunia. "Hal ini dapat tercapai apabila pemerintah
mencantumkan asal masing-masing daerah. Saya mengapresiasi ide Gubernur Lampung
yang mencantumkan nama daerah pada label kopi," kata Gati.
Rangkaian peringatan Hari Kopi Internasional yang dipusatkan di
Lampung dibuka Gubernur Lampung, pada Jumat (29/9) malam. Acara ini banyak mendapat respon positif dari
masyarakat luas dengan padatnya pengunjung hadir. Bukan hanya dari lampung,
namun juga dari luar dan perwakilan negara-negara sahabat.
Pada acara puncak yang juga diisi penandatangan MoU antara Gabungan
Ekportir Kopi Indonesia (GAEKI) dan Vicova (Organisasi Asosiasi Kopi Kakao
Vietnam). Gubernur Ridho berharap terjalin hubungan kerja sama yang baik, bisa
saling belajar, dan membawa manfaat kepada petani kopi.
"Terutama penguasaan teknologi yang dapat diaplikasikan untuk
kemajuan petani kopi," kata Gubernur Ridho.
Pada kesempatan tersebut Gati Wibawaningsih mewakili Menteri
Pertanian memberikan penghargaan kepada Gubernur Lampung sebagai kepala daerah
penghasil kopi.
Pemerintah pusat mengapresiasi Gubernur Lampung atas upaya mengangkat
kopi sebagai komoditi unggulan Lampung. Penghargaan serupa juga diberikan
kepada sembilan provinsi yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Setan, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tengah, dan Jawa Timur.
Di penutup acara Gubernur Ridho bersama ribuan pengunjung menggelar
selebrasi minum kopi. Rangkaian acara juga diisi pengumuman pemenang dan
pengukuhan Duta Kopi Lampung, pengumuman pemenang lomba latte art, cup testing
robusta, manual brewing, stan terbaik, dan pemberian penghargaan kepada petani
kopi Lampung. (rls)
Editor: Harian Momentum