Harianmomentum.com--Provinsi Lampung
bakal didaulat menjadi pusat terapi kanker berbasis boron nikel (BNCT) di
Indonesia.
Hal tersebut
dikatakan oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko saat kunjungannya di Balai Keratun
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Kamis (9/11).
"Teknologi
penelitian pengolahan alat tembak terapi kanker nikel akan kita kembangan pada
tahun 2018 bekerja sama dengan BATAN. Jika nantinya pengolahan alat ini sukses
dilakukan di Provinsi Lampung, maka Lampung merupakan satu-satunya Provinsi
pembuat alat tembak pembunuh kanker dengan bahan baku menggunakan nikel,"
jelasnya.
Ia
melanjutkan, Lampung merupakan tempat satu-satunya lokasi peleburan dan
pemurnian bahan baku nikel yang akan digunakan dalam uji tes pengobatan kanker
di Indonesia, karena hanya di Lampung yang memiliki alat tembak untuk
memurnikan nikel.
Untuk
itulah, LIPI akan melakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama (Mou)
tentang Terapi Kanker berbasis boron nikel (BNCT) dengan Pemprov Lampung pada
Pekan Teknologi Mineral (PTM) yang akan dilaksanakan 17 November mendatang.
Ia
melanjutkan, kerja sama tentang Terapi Kanker berbasis boron nikel (BNCT) nantinya
akan diolah di Tanjungbintang Kabupaten Lampung Selatan.
Pendatanganan
MoU ini, kata Handoko, merupakan rangkaian kegiatan LIPI dalam melakukan
pengolahan dan penelitian mineral peleburan bahan baku nikel di Provinsi
Lampung, nantinya setelah dilebur nikel tersebut akan digunakan dalam terapi
pembunuh kanker yang berada di kandungan tubuh manusia.
Ia
menambahkan, pada PTM mendatang, salah satunya akan menampilkan hasil
kolaborasi berupa komponen kolimator peralatan terapi kanker berbasis boron neutron
capture (BNCT).
Menurut dia,
pameran itu merupakan hasil kerja sama LIPI dengan Badan Tenaga Nuklir
Nasional, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, juga dengan
industri PT Kimia Farma dan PT Barata Indonesia.
“Balai
Penelitian Teknologi Mineral (BPTM) merupakan salah satu satuan kerja LIPI yang
fokus pada penelitian mineral alam. Dengan kapasitas dan kompetensi di
teknologi kunci terkait, kami berharap mampu berkontribusi pada level yang
lebih tinggi dan memberikan kontribusi khususnya untuk masyarakat di Lampung,”
kata Handoko.
Peneliti
utama Batan, Prof Yohannes Sardjono menjelaskan, banyak keuntungan yang
nantinya dapat diperoleh penderita kanker dalam pengobatan menggunakan BNCT ini
jika dibandingkan dengan pengobatan kanker selama ini yang dilakukan dengan
kemoterapi dan radioterapi.
Ia
menjelaskan, dalam pengobatan dengan kemoterapi, pasien bisa menghabiskan biaya
hingga Rp 300 juta. Sedangkan dengan metode BNCT, pasien kanker dapat menghemat
biaya hingga 35persen dari jumlah tersebut.
Selain itu,
lanjut Sardjono, Jepang sudah lebih dulu menjalankan metode BNCT ini. Selain
waktu pengobatan yang relatif singkat dari kemoterapi, tingkat keberhasilan
pemusnahan sel kanker dengan BNCT ini mencapai 95 persen, sedangkan pada
kemoterapi hanya 1 persen sel kanker yang mati dalam satu kali proses
penyinaran.(ira)
Editor: Harian Momentum