Harianmomentum—Fakta begitu sulitnya pasien dengan menggunakan kartu BPJS seakan tiada habisnya.
Belum hilang dalam ingatkan
kita, bagaimana Delvasari yang menggunakan kartu BPJS terpaksa mengendong
jenazah bayinya dengan menaiki angkot dari RSUDAM hingga bundaran Rajabasa
lantaran tak mendapat pelayanan ambulans.
Kini kesulitan untuk
mendapat pengobatan juga dialami Maryono (42). Warga Jalan Tirtaria, Gang
Melati III, Waykandis Bandarlampung ini mengaku kesulitan saat mengurus berobat
anaknya yang baru saja kecelakaan beberapa hari lalu. Bahkan, dirinya terkesan “dipingpong” dan ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.
Ia menceritakan bahwa
pada Sabtu (16/9) lalu anaknya Pandu Agung Prayogo (15) mengalami kecelakaan
tunggal di seputar Waykandis.
"Saat itu kawan
Pandu segera membawanya ke Rumah Sakit (RS) Imanuel," kata Maryono, Jumat
(22/9).
Setelah itu, lanjutnya,
pihak RS Imanuel memberi rujukan perawatan ke RSUD Abdul Moeloek.
"Katanya di RS Imanuel
alat untuk penanganan anak saya ini tidak ada dan dokter spesialisnya juga gak
ada," ujarnya.
Ia melanjutkan, bahwa
setelah sampai di RSUDAM, anaknya tidak kunjung ditangani oleh dokter spesialis
bedah mulut.
"Sudah 4 hari baru
ada dokter yang nangani, itu juga dokter spesialis bedah plastik malah yang
datang," ungkapnya.
Kemudian, lanjutnya, saat
di RSUDAM, Maryono bertemu dengan salah seorang dokter bernama Bobi yang
menyarankan agar Maryono memindahkan anaknya ke RS Graha Husada.
"Jadi saya malam
kamis kemarin ke Graha Husada bawa anak saya itu. Di Graha saya disuruh
mengurus surat kepada dokter BPJS nya dulu," ujarnya.
Setelah tiga jam
menunggu, Pandu tak kunjung mendapatkan ruangan dan akhirnya dibawa pulang.
"Anak saya
ditangani di UGD, tapi kata perawatnya belum ada ruangan, jadi nanti dihubungi
kalau sudah ada ruangan," jelasnya.
Ia menjelaskan, bahwa
sampai saat ini pihak RS Graha tidak juga menghubungi dirinya. Ia menduga kalau
proses penanganan anaknya dipersulit karena mamakai BPJS. (acw)
Editor: Harian Momentum