Harianmomentum--Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Lampung mendukung Tim Eksplorasi Krakatau mencari kapal
buatan Eropa yang terdampar ke daratan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau
pada 1883.
"Dari segi kajian memang masuk akal. Kita kembali
mencari kapal yang sempat terhenti di awal oktober mendatang," ujar
Sekretaris Provinsi Lampung, Sutono, saat meninjau lokasi kapal, di Dusung
Kepayang, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Kamis (28/9).
Jika kapal kuno tersebut ditemukan, kata Sutono, akan
dijadikan destinasi wisata unggulan Lampung.
"Ini sebuah legenda. Lampung memiliki Gunung
Krakatau yang sangat mendunia dan penemuan ini menjadi situs purbakala. Bisa
kita jadikan paket wisata Lampung Krakatau Festival," kata Sutono yang
juga mantan Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan itu.
Penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang,
menurut inisiator Tim Eksplorasi Krakatau, Hadi Subroto, didapat dari pemetaan
dampak letusan Krakatau.
"Kita juga menganalisa berdasarkan foto satelit,
pada wilayah tersebut ditemukan penampakan yang diduga jejak longsor sebuah
kapal," ujar Hadi Subroto.
Untuk menguatkan dugaan tersebut, dia membuat simulasi
peraga dengan miniatur Bukit Kepayang berbahan pasir dan miniatur kapal kayu.
"Setelah pengujian dengan hasil simulasi peraga dan jejak di foto satelit,
sangat identik," kata Hadi.
Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung, juga
melakukan uji geolistrik di atas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun
tanah. Pengambilan data dilakukan secara melintang dari timur-barat.
"Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri, yang
paling mendekati adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi
terguling," kata Hadi.
Tim mulai menggali sampai akhirnya membentur plat baja
besi yang diduga dinding kapal pada kedalaman 32,5 meter.
"Ini seperti bukit. Awalnya kami menggunakan alat
seadanya, disusul ekskavator untuk mengeruk bagian bawah. Kami berhenti karena
biaya. Semoga dengan bantuan Pemprov Lampung, ini bisa dilanjutkan
kembali," ucap Hadi.
Seorang pekerja yang dari awal ikut penggalian, Suyitno,
menuturkan dia menemukan tanah bercampur oli saat menggali.
"Saat penggalian pada 2014, ada dua yang bekerja.
Satu di atas dan saya di bawah, lalu tangan saya terkena seperti oli saat
menggali," kata Suyitno. (rls)
Editor: Harian Momentum