Harianmomentum--Kasus pelemparan
air keras jenis asam sulfat (H2SO4) ke Novel Baswedan menjadi sorotan banyak
pihak. Salah satunya, mantan laboran Fakultas Farmasi Universiras Indonesia
(FFUI), Devfanny Aprilia Artha.
"Yang
terkena (melukai) wajah Novel itu, Asam Sulfat pekat. Sifatnya korosif," timpal
Devfanny melalui pesan singkat elektronik kepada Kantor Berita Politik RMOL,
Jumat (14/4).
H2SO4, kata Devfanny, biasanya digunakan untuk
reaksi kimia. Karena memiliki kadar keasaman yang kuat. Secara kasat mata,
bentuknya bening seperti air, tapi lebih kental. Namun, tidak sembarangan orang
boleh bersinggungan langsung dengan asam sulfat.
"Fungsinya sebagai pelarut. Tapi, ini
barang (asam sulfat) berbahaya. Penggunaan hanya untuk di lemari asam. Kalau
sampai kena tangan bisa bolong," terangnya, dikutip RMOL.CO.
Lazimnya, asam sulfat digunakan dalam industri
pengolahan logam-logam berat. Hanya saja, asam sulfat yang bersifat campuran,
bisa dijual di mana-mana.
"Kalau (asam sulfat) campuran, sifatnya
tidak korosif," tutur eks laboran yang telah mengabdi selama sepuluh tahun
di kampus UI tersebut.
Devfanny mengatakan, cairan asam pekat juga
dapat mengakibatkan kebutaan. Seperti kasus yang terjadi di lab FFUI pada tahun
1986. Saat itu, seorang mahasiswa terpaksa mengalami kebutaan pada salah satu
matanya, akibat terkena ledakan cairan asam pekat.
Terkait kasus Novel, pelaku diduga sengaja
menyiramkan air keras jenis asam sulfat ke wajah korban. Tujuannya diduga untuk
menciderai atau membuat cacat Novel.
Sebelumnya, hasil penelitian tim laboratorium
forensik Polri menyebutkan cairan atau air keras yang dipakai menyerang Novel
adalah jenis asam sulfat dengan rumus kimia H2SO4.
"Cairannya itu jenis H2SO4 atau Asam Sulfat,"
jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono, Kamis (13/4)
kemarin.
Saat ini, polisi telah membentuk tim khusus
untuk menyelidik kasus penyerangan terhadap Novel. Dugaan sementara, pelaku
penyiraman berjumlah dua orang dengan mengendarai sepeda motor.(Red)
Editor: Harian Momentum