Harianmomentum.com--Menunaikan ibadah umrah pada bulan suci
Ramadan menjadi pilihan masyarakat muslim dunia, termasuk dari Indonesia. Pada
bulan Ramadan, para ulama meyakini bahwa
melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan sama artinya dengan berhaji bersama
Rasulullah.
Karena itu, tidak
heran jika puluhan ribu masyarakat Muslim Indonesia berziarah ke Tanah Haram
selama Ramadan 1439 Hijriyah. Jumlah peziarah tersebut kini semakin membesar,
khususnya pada 10 hari terakhir Ramadan. Para jemaah sengaja memilih waktu
berumrah pada 10 hari terakhir Ramadan dengan harapan bisa menggapai malam
Lailatul Qadar di Masjidil Haram atau yang sering disebut sebagai 'Malam Seribu
Bulan'.
Menurut Ustaz Mustofa,
yang merupakan Pembimbing di Patuna Tour dan Travel, setiap Ramadan, ratusan
ribu umat muslim dari seluruh penjuru dunia memadati Masjidil Haram, khususnya
pada 10 hari terakhir. Keramaian para jemaah di masjid tersebut hampir sama
dengan pada saat suasana berhaji. "Jadi, gairahnya memang menunjang orang
untuk beribadah dan beriktikaf," paparnya.
Para Tamu Allah
tersebut berusaha mengejar malam Laimul Qiyam dengan melakukan berbagai
aktivitas ibadah di Masjidil Haram, seperti membaca Alquran, takbir, shalat
sunah, dan iktikaf. Para jamaah yang berumrah pada 10 hari terahir, dinilainya
sangat positif. Sebab, secara bobot, umrah untuk mengejar Lailatul Qadar memang
faedahnya jauh lebih baik.
Keutamaan malam
Lailatul Qadar, kata dia, memang jelas
tertera dalam surah al-Qadar ayat 3. "Laylatul qadri khayrun min alfi
syahrin." Artinya malam kemulian lebih baik dari seribu bulan.
Lebih lanjut, ustadz
ini menjelaskan, dengan orang beribadah saat momen (malam) tersebut, pahalanya
sama dengan 1.000 bulan atau sekitar 83 tahun. Padahal, umur manusia rata-rata
saat ini hanya di kisaran 60 tahunan. "Maka dari itu wajar jika umat
Muslim berlomba-lomba agar bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar,"
katanya.
Biasanya, banyak
ibadah yang dilakukan oleh para jamaah atau umat Muslim pada 10 hari terakhir
Ramadhan. Seperti, mambaca Alquran, takbir, berzikir, shalat malam, dan
lainnya. Hal lain, selain ibadah, tutur dia, Lailatul Qadar juga menjadi ajang
pribadi Muslim untuk bermuhasabah diri, yakni dengan melakukan iktikaf di
masjid. "Ini simbol melupakan sejenak masalah duniawi untuk fokus ke
akhirat," katanya memaparkan.
Mustofa menjelaskan, Rasulullah juga selalu berusaha
untuk menggapai malam seribu bulan tersebut. Bahkan, saat memasuki 10 hari
terakhir Ramadhan, Nabi dan para sahabatnya langsung "mengencangkan ikat
pinggang". Maksudnya mereka fokus ibadah di masjid dan sejenak melupakan
masalah dunia. Mereka, bahkan hanya keluar masjid ketika ingin makan ataupun
mandi saja.
Ustaz ini menyarankan
kepada pribadi Muslim yang hendak mencari Lailatul Qadar hendaknya sudah
mempersiapkan dari jauh-jauh hari. Yakni, dengan memperkuat ibadah di 11 hari
sebelum Ramadhan. Ini, kata dia, agar Lailatul Qadar jadi puncak ibadah bagi
setiap Muslim.
Mustofa juga
menjelaskan bahwa ciri orang yang mendapat Lailatul Qadar sifatnya tidak bisa
dilihat secara kasat mata. Namun, indikasinya bisa dilihat dari sejauh mana
perilaku orang itu setelah Ramadhan berakhir. "Kalau dia semakin saleh dan
lebih dekat dengan Allah SWT maka orang itu bisa dibilang sukses mendapat
Lailatul Qadar," paparnya.
Info dan pendaftaran dapat menghubungi telepon (0721) 262822/ 085102644533 atau dapat datang langsung ke kantor Patuna Tour & Travel Lampung yang beralamat di jalan kartini no. 4a Tanjung Karang - Bandar Lampung. Website: www.patunatravel.com, Instagram: patuna_tourtravellampung dan Facebook: patuan bdl. (rls/red)
Editor: Harian Momentum