MOMENTUM, Liwa -- Proyek pembangunan jaringan irigasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji-Sekampung di Pekon/Desa Padang Dalom, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) mulai dikerjakan oleh Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) pekon setempat.
Proyek senilai Rp195 juta tahun anggaran 2022 itu sempat terancam mangkrak. Pengerjaannya molor dari kontrak dengan berbagai alasan. Seperti polemik soal lahan hingga faktor cuaca.
Pantauan harianmomentum.com di lokasi, Sabtu 18 Februari 2023, terlihat aktifitas para pekerja memasang material pracetak atau beton cetak yang digunakan sebagai dinding dan lantai irigasi. Pemasangan material itu dilakukan di tiga lokasi berbeda dengan panjang bervariasi.
Baca Juga: Kejaksaan Kumpulkan Keterangan dari Pihak yang Terlibat Proyek Irigasi BBWS
Ketua P3A Pekon Padangdalom, Meza saat dihubungi via telepon pada Sabtu (18/02/23) tidak menampik bahwa pengerjaan itu molor dari tanggal kontrak. Namun, pihaknya telah melakukan proses addendum atau perpanjangan waktu pengerjaan dengan batas waktu hingga akhir Februari 2023.
"Benar, tapi sudah addendum. Sekarang lagi dikerjakan dan hampir selesai," katanya.
Saat ditanya mengenai panjang irigasi yang dibangun, Meza tidak menyebut angka pasti dan rincinya. Melainkan hanya menyebut panjang pembangunan mencapai 700 meter lebih.
"Iya. Akhir bulan ini sudah harus selesai. Dengan pengerjaan irigasi 700 meter lebih lah. Yang mengerjakan orang-orang itu lah," katanya.
Selain itu, pihaknya juga membantah bahwa keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan bukan karena sengketa lahan. Melainkan, terkendala cuaca yang membuat pasokan material ke lokasi terhambat.
"Gak ada sengketa-sengketa, tidak benar itu, tetapi faktor cuaca. Material benar-benar gak bisa masuk," sebutnya.
Menurutnya, pekerjaan itu akan berjalan lancar dan dapat diselesaikan tepat waktu.
"Sudah lancar. Dengan adanya addendum bisa diselesaikan bulan ini. Lokasinya ya disitu tidak ada pergeseran apa lagi ada sengketa lahan," pungkasnya.
Sementara salah satu pekerja, Sularto mengatakan bersama sembilan rekannya mulai bekerja tiga hari yang lalu. Dia dihubungi oleh salah satu pengurus P3A untuk membantu menyelesaikan pekerjaan irigasi tersebut.
Sularto mengatakan bersama rekannya diminta untuk menyelesaikan pekerjaan irigasi dengan panjang kurang lebih 250 meter. Dengan sistem kerja buruh harian. Namun, dia enggan mengatakan upah harian yang diterima.
"Dihubungi diminta membantu untuk ngerjain ini. Dilokasi ini kurang lebih panjang 250 meteran. Kami yang mengerjakan sistem harian, pokonya harian umum yang wajar," katanya seraya mengatakan bahwa dirinya bersama rekannya berasal dari Kelurahan Pasar Liwa.
Selama tiga hari kerja, lanjut Sularno, pihaknya telah memasang material pracetak irigasi sepanjang 100 meter. Namun, diakui dari total panjang itu belum sepenuhnya irigasi diberi nat atau semen perekat antar material. Sehingga, material pracetak belum sepenuhnya merekat sempurna satu sama lain. Masih ada rongga terlebih bagian bawah dan lantainya.
"Kemarin diukur sama pengawas dari Bandarlampung katanya sudah 100 meter yang terpasang. Karena kerja harian jadi gak ngitung juga mas. Tapi ya itu, buru bagian atas yang diberi nat, bagian bawah belum karena masih ada air. Nunggu airnya dikeringkan dulu baru dikasih nat.
Kita hanya masang saja sepanjang kurang lebih 250 meter, karena sistem harian bukan borongan pemberian nat untuk bagian bawah apa mau kita atau orang lain yang ngerjakan gak tau, liat nanti. Kalau kita yang disuruh lagi ya siap-siap saja. Untuk saat ini yang penting terpasang dulu," katanya.
Sementara Anton pekerja dititik lokasi pembangunan irigasi lain mengatakan bahwa material pasir yang digunakan sebagai campuran semen nat atau perekat antar material pracetak diambil dari sekitaran lokasi pembangunan. Yang diduga merupakan pasir gunung.
Bahkan, pihaknya mengatakan bahwa bagian bawah atau lantai irigasi tidak diberi nat atau semen perekat. Melaikan akan tertutup dengan sendirinya oleh material pasir yang ada dilokasi tersebut.
"Pasir ngambil dari sini, itu ada sungai banyak pasir," katanya
"Memang kenapa kalau pakai pasir gunung, gak boleh apa?," tanyanya.
"Bagian bawah ini nanti ketutup sendiri sama pasir," katanya lagi.
Ditanya mengenai panjang irigasi yang dikerjakan, Anton mengatakan tidak mengetahui pasti. Alasannya, pekerjaan itu dilakukan dengan sistem harian. Sehari diupah Rp100 ribu.
"Panjangnya kurang tau. Gak ngitung, Ada tiga tempat, saya harian dengan upah 100 ribu sehari," pungkasnya.
Sementara Peratin/Kepala Desa Padangdalom, Hendra mengatakan sebelumnya pihak pekon telah diundang dalam pertemuan bersama pihak BBWS Mesuji-Sekampung melalui konsultan pengawasnya. Pertemuan itu membahas mengenai perpanjangan proses pembangunan irigasi.
"Kemaren kami diundang sama konsultannya membicarakan permintaan perpanjangan waktu sampai akhir Februari," katanya.
Ditanya mengenai panjang irigasi yang dibangun, pihaknya mengatakan panjang irigasi diangka 800 meter lebih.
"Coba tanya ke pokmas, saya denger 800 sekian kalau gak salah, kurang lebihnya," katanya. (*)
Editor: Muhammad Furqon