MOMENTUM, Bandarlampung--Berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Bank Indonesia bertekad untuk mengembalikan kejayaan komoditas lada di wilayah setempat.
Seperti disampaikan Kepala Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiyono, dalam keterangan pers yang dilansir harianmomentum.com, Minggu (25-2-2023) tekad itu digaungkan dalam seminar Lampung Economic Update dan Talkshow yang dibuka oleh Gubernur Arinal Djunaidi.
Kegiatan yang bertemakan "Mengembalikan Kejayaan Lada Lampung Si Mutiara Hitam dari Sai Bumi Rua Jurai”, berlangsung di Hotel Emersia, Kamis (23-2-2023).
Demi mewujudkan harapan itu, BI Lampung bersama Pemprov pun menghadirkan sejumlah narasumber seperti Plt Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ir. Yuliastuti, Mta., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr.
Lalu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Elvira Umihanni, S.P., M.T., dan insan pers beserta tokoh-tokoh lainnya diantaranya Anggota DPR RI Komisi XI Junaidi Auly, Ela Siti Nuryamah, Anggota DPD RI Abdul Hakim.
Gubernur Arinal menyatakan sektor pertanian dimandatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara umum, yaitu pangan.
Provinsi Lampung memiliki banyak komoditi unggulan dalam bidang pertanian, yang diharapkan dapat membangkitkan perekonomian Lampung, di masa depan.
“Lampung memiliki banyak potensi komoditi unggulan dalam bidang pertanian, antara lain padi, jagung, ubi kayu, nanas, pisang, lada, kopi, kakao, ternak sapi potong, kambing, ayam dan perikanan. Komoditi-komoditi tersebut telah memenuhi kebutuhan pasar lokal, menyumbang kebutuhan nasional, dan ekspor ke berbagai negara,” ucap gubernur.
Menurut gubernur secara historis Provinsi Lampung merupakan penghasil lada hitam terbesar di Indonesia, dan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional telah di tetapkan 4 kabupaten sebagai Kawasan sentra pengembangan komoditas lada yaitu Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, Tanggamus dan Waykanan.
“Komoditas lada, sebagai komoditas sub sektor perkebunan memiliki nilai yang strategis, karena bukan hanya sebagai sumber lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi sebagian penduduk Lampung, tetapi juga memiliki nilai historis sebagai Tanoh Lado,” ucap gubernur.
Dalam sesi talkshow yang dimoderatori Rahma Alia, pembahasan difokuskan mengenai pengembangan komoditas lada Lampung, mulai dari hulu hingga ke hilir.
Lada Lampung cukup digemari pasar global, dengan rasa lebih pedas, kaya rasa, mudah digiling, dan aromatik.
Dukungan terhadap hulu dari lada mampu meningkatkan daya saing biji lada Indonesia terhadap permintaan pasar dunia yang saat ini masih didominasi biji, dibandingkan bubuk.
Sementara itu, dukungan terhadap hilir, khususnya di Provinsi Lampung diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah serta menjadi market leader di tengah masih terbatasnya market share dari bubuk lada di pasar.
Dari sisi hulu, Plt Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Yuliastuti menyampaikan isu budidaya lada di Lampung, terutama dikarenakan rendahnya produktivitas dan penerapan teknologi serta terbatasnya pengetahuan dan belum optimalnya kelembagaan petani.
"Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk mengantisipasi tantangan tersebut, diantaranya melalui bantuan sarana prasarana dan adaptasi teknologi, serta sosialisasi berbagai teknik budidaya yang masih jarang diterapkan petani, mencakup tumpang sari dan uji coba lada sambung yang mampu mendorong produktivitas," kata dia.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Prof. Irwan Sukri Banuwa juga menambahkan penggunaan agen hayati pengendali serta pembibitan dengan teknik grafting (memanfaatkan dua varietas lada) dapat menjadi salah satu upaya pencegahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan peningkatan produktivitas.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Suryo Wiyono menekankan pentingnya Good Agricultural Practices (GAP) untuk keberlangsungan produktvitas lada di jangka panjang.
Dari sisi hilir, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Elvira Umihanni merekomendasikan hilirisasi melalui diversifikasi produk turunan dapat mendorong penciptaan nilai tambah lada di pasar.
Hal ini sejalan dengan komitmen Agreggator Tanivest untuk melakukan pengembangan lada melalui pendampingan UMKM orientasi ekspor dari sisi hulu hingga ke hilir.
Dari sisi hulu melalui fasilitasi mikroba untuk pengendalian penyakit tanaman, sementara dari sisi hilir melalui dukungan pengembangan kreasi produk yang sesuai dengan minat importir.(**)
Editor: Agus Setyawan