MOMENTUM, Bandarlampung-- Indahnya kawasan pesisir di Provinsi Lampung menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung.
Tak heran, ada sekitar 4.597.534 wisatawan yang datang di tahun 2022. Dari jumlah itu, 1,73 juta diantaranya bertujuan ke Kota Bandarlampung.
Namun, di balik kilauan pesisir teluk Lampung nan indah, tersimpan sisi kelam yang memalukan. Apa itu?
Adalah hamparan pantai yang terletak di Jalan Ikan Selar. Tepatnya di belakang Puskesmas Sukaraja, Kecamatan Bumiwaras, Kota Bandarlampung.
Lazimnya sebuah pantai, tentu pengujung akan disuguhkan dengan hamparan pasir nan indah. Suara deburan ombak yang mampu menghilangkan penat.
Tapi suasana itu tidak akan pernah anda lihat di Pantai Sukaraja. Hamparan pasir di sana tertutup oleh puluhan ribu kilogram tumpukan sampah.
Wajar, jika selanjutnya Pandawara Group—sekelompok pemuda yang konsen terhadap lingkungan menyebut pantai itu terkotor nomor dua di Indonesia.
Sekelompok pemuda asal Bandung Jawa Barat (Jabar) itu menjadi terkenal karena memiliki konten membersihkan lingkungan mulai dari sungai hingga pantai, di media sosial (medsos).
Dalam video yang diunggah oleh Pandawara Group pada 8 Juli kemarin, mereka menunjukkan kondisi bibir pantai sudah dipenuhi oleh berbagai jenis sampah. Mulai dari pelastik, ranting kayu hingga limbah rumah tangga.
Bahkan, pasirnya sudah tidak terlihat lagi karena tertutup sampah yang berada di lokasi tersebut.
“Lampung, mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, pantai terburuk dan terkotor di Indonesia ada di daerah kalian,” ucap salah satu anggota Pandawara Group dalam video tersebut.
Pandawara berharap, agar masyarakat bisa lebih menaruh perhatian terhadap kebersihan lingkungan.
Berdasarkan pantauan harianmomentum.com di lokasi pada Minggu (9-7-2023), kondisi pantainya memang sangat memprohatinkan.
Jenis sampah yang ada di pantai tersebut didominasi oleh sampah plastik yang berasal dari sampah rumah tangga. Tidak hanya plastik tapi juga ada tumpukan kayu dan ranting.
Terlihat juga, sekitar sepuluh perahu milik warga diletakkan di atas tumpukan sampah tersebut.
Tidak hanya itu, bau tak sedap juga timbul akibat sampah yang menumpuk, selain di bibir pantai, sampah juga banyak mengambang di air.
Bonge, warga setempat yang tinggal tak jauh dari pantai, mengatakan bahwa sampah yang berada di pantai tersebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
"Sampah ini dari dulu emang sudah ada, sekitar tahun 1990 saya tinggal di sini sampahnya engga pernah bersih," katanya saat ditemui harianmomentum.com.
Dia menjelaskan, tumpukan sampah itu berasal dari sampah rumah tangga yang terbawa arus sungai hingga ke pantai tersebut.
"Pantai di sini kan seperti teluk, jadi sampah-sampah yang dibuang oleh warga ke sungai, semuanya bermuara ke sini, terlebih lagi jika air laut pasang, sampah yang mengambang dibawa ombak sampai ke bibir pantai," tuturnya.
Dia mengatakan, pantai tersebut pernah dibersihkan oleh pemerintah kota namun kembali lagi seperti itu.
"Pernah dibersihkan sampahnya waktu Pak Herman HN jadi Wali Kota Bandarlampung, pantai ini dibersihkan bareng dengan warga juga waktu itu, tapi karena warga juga banyak yang buang sampah ke sungai, sampah jadi numpuk lagi di sini," ucapnya.
Dia berharap, dengan viralnya pantai tersebut, pemerintah juga dapat sadar serta lebih peduli lagi dengan lingkungan yang kumuh seperti itu.
"Harapan kami sih, dengan viralnya pantai ini, bisa menyadarkan pemerintah, jangan pas viral baru mau bantu bersihin dan untuk masyarakat supaya tidak buang sampah sembarangan lagi, jadi pantai kembali bersih dan tidak kumuh," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandarlampung Budiman P Mega menerima jika salah satu pantai di Kota Tapis Berseri disebut sebagai pantai terkotor kedua di Indonesia.
Dia mengaku menerima penilaian Pandawara, meskipun menurutnya masih banyak pantai di daerah lain yang kotor. “Tapi ya sudahlah yang penting kita lakukan pembersihan bersama,” kata Budiman.
Terkait upaya yang sudah dilakukan selama ini, dia menyampaikan, program bersih-bersih sungai maupun pantai sudah berjalan sejak masa Walikota Bandar Lampung Herman HN dan dilanjutkan hingga saat ini.
Menurut dia, sampah-sampah yang masih ada dilokasi tersebut karena dibawa oleh ombak laut.
“Kemarin juga sudah bersih-bersih daerah itu, tapi sekarang dengan kehadiran Pandawara. Kita senang karena adanya pemerhati lingkungan ingin bersih-bersih pantai di Lampung,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budiman P Mega mengaku sudah berkoordinasi dengan camat dan UPT untuk menyiapkan kendaraan untuk mengangkut sampahnya nanti.
"Kita akan turunkan satgas kali yang itu ada 60 petugas dan juga kita akan turunkan 5 buah mobil untuk ngangkut sampahnya," jelasnya.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung mengapresiasi aksi yang akan dilakukan oleh Pandawara dengan membersihkan sampah di Pantai Sukaraja, Kota Bandar Lampung.
Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri mengatakan aksi tersebut merupakan momentum luar biasa.
Dimana gerakan orang muda yang konsen terhadap lingkungan untuk mengampanyekan lingkungan hidup sehat dan berkelanjutan.
"Jika ini terkampanyekan dengan baik dan meluas ke publik maka akan menjadi tamparan peringatan bagi Pemerintah Bandarlampung maupun pemerintah provinsi," kata Irfan, Minggu (9-7-2023).
Menurutnya, sejak 2014 Walhi Lampung telah merekomendasikan kepada pemerintah dan DPRD Kota Bandar Lampung untuk membuat suatu kebijakan khusus terkait pengelolaan sampah di pesisir kota.
Karena, walaupun sudah dibersihkan, sampah akan kembali datang, sehingga perlu mendapatkan perhatian pemerintah.
"Rekomendasi tersebut berupa pembentukan tim penanggulangan sampah pesisir, kemudian ada dukungan kebijakan dan anggaran serta infrastruktur. Namun rekomendasi ini tidak pernah dijalankan," ujarnya.
"Aksi semacam ini tentunya memberikan peringatan keras ke pemerintah dan juga menggambarkan ketidakpedulian pemerintah," tutupnya. (gks/ard/ikh)
Editor: Agung Darma Wijaya