MOMENTUM, Bandarlampung--Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL), Prof Dr Hj Nirva Diana MPd diundang untuk berbagi kepakaran akademik mengenai pengelolaan pendidikan dan inovasi warisan budaya di Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
Dalam kesempatan ini, Prof Nirva memaparkan sejarah, jenis, perkembangan, serta inovasi kain tradisional Lampung, yakni kain tapis, di hadapan para akademisi dan peneliti ATMA. Kegiatan ini berlangsung di Bilik Wacana ATMA, Rabu (25-09-2024).
ATMA mengundang Prof Nirva sebagai bagian dari program kolaborasi akademik yang bertujuan untuk memperkuat kerjasama dalam bidang pengajaran dan penelitian terkait warisan budaya alam Melayu.
Kepala Pusat Penyelidikan Manuskrip Alam Melayu, Dr Ros, menyambut baik kehadiran Prof. Nirva dan merasa sangat senang mendapatkan informasi mendalam mengenai budaya Indonesia, khususnya budaya Lampung dan kain tapis.
Kain tapis, yang merupakan kain tradisional khas Lampung, dibuat dari tenunan benang kapas dengan hiasan benang emas atau perak. Bentuknya berupa sarung yang dapat digunakan baik oleh pria maupun wanita.
Prof Nirva yang juga sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN RIL menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang membentuk budaya masyarakat Lampung, suku-suku yang ada di daerah tersebut, serta nilai dan filosofi yang terkandung dalam kain tapis.
Lebih lanjut Guru Besar dalam bidang Manajemen Pendidikan itu menyampaikan, budaya Lampung dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ekologi, klimatologi, geografi, kepadatan populasi, serta sumber daya alam seperti makanan dan air.
Masyarakat Lampung, yang terdiri dari suku pepadun di daerah pedalaman dan saibatin di wilayah pesisir, ujarnya, memiliki prinsip hidup yang terbuka terhadap inovasi dan ide-ide baru. Hal ini tercermin dalam nilai-nilai adat mereka seperti nemui nyimah (keramahan) dan nengah nyappur (keterbukaan dalam pergaulan).
Selain itu, Prof Nirva juga memaparkan lima prinsip hidup masyarakat Lampung yang dikenal dengan istilah Pil-il Pesenggiri, yaitu pesenggiri (harga diri), juluk adek (pengakuan sosial), nemui nyimah (keramahan), nengah nyappur (keterbukaan), dan sesakai sesambayan (kerjasama).
Kegiatan ini diakhiri dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoA) antara ATMA dan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN RIL. MoA ini diharapkan akan menjadi langkah awal bagi kerjasama yang lebih erat antara FTK dan Fakultas Pendidikan UKM di masa depan.(**)
Editor: Agus Setyawan