MOMENTUM, Bandarlampung -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 7 mencatatkan kinerja terbaik dari delapan regional Subholding Supporting Co pada 2024.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Operasional PTPN I Supporting Co Fauzi Omar saat membuka Rapat Pembahasan Rencana Kerja Operasional (RKO) tahun 2025 di Bandar Lampung, Senin 3 Februari 2025. Ia mengatakan, Regional 7 sudah dan akan terus menjadi tulang punggung dalam semua aspek kinerja, terutama pada komoditas karet.
“Atas nama HO (head office) PTPN I Supporting Co, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh elemen di Regional 7. Terus terang, sebelum membuka data akhir pada 31 Januari 2024 lalu, kami agak pesimistis. Tetapi begitu buka laporan, Alhamdulillah selamat. Dan Regional 7 menjadi penyelamat. Tolong sampaikan terima kasih kami kepada bapak ibu di lini lapangan sebagai ujung tombak pencapaian ini,” kata Fauzi Omar yang disambut tepuk tangan peserta RKO.
Pembahasan RKO PTPN I Regional 7 Tahun 2025 akan berlangsung dua hari. Dari Head Office, selain Direktur Operasional hadir Kadiv. Operasional Tanaman Kelapa Sawit dan Karet Hendra Putra, Kadiv. Pemasaran Laeli Fadli Arif, Kadiv. SDM Hidayat, dan beberapa pejabat lain yang mengikuti secara online. Sedangkan dari internal Regional 7 hadir lengkap, yakni Region Head Tuhu Bangun, SEVP Operation Wiyoso, SEVP Business Support Bambang Agustian.
RKO akan membahas dan menelisik secara detail setiap langkah operasional dari tingkat Regional hingga Kebun atau Unit Kerja, serta anak Perusahaan. Seluruh Kepala Bagian di Kantor Regional, seluruh Manajer Kebun didampingi Asisten, dan seluruh Direktur anak Perusahaan wajib hadir secara offline. Hal ini dimaksudkan agar setiap potensi yang ada bisa dikancah untuk mendapat solusi dan bisa dikonversi menjadi profi, juga setiap kendala dan masalah bisa dielaborasi bersama agar bisa diatasi.
Pada pemaparan awal secara umum, Region Head Tuhu Bangun menyampaikan beberapa data global tentang pencapaian kinerja 2024 dan proyeksi untuk 2025. Tuhu Bangun mengatakan, kinerja Regional 7 yang mengelola karet dan teh pada 2024 berhasil mencatatkan laba. Angka ini, katanya, merupakan metamorfosis dari kinerja tahun 2023 yang saat masih minus.
Untuk kinerja tahun 2025, Tuhu Bangun menyebut Regional 7 memasang angka Rp454 miliar. Selain dari karet dan teh, pendapatan itu berasal dari KSO komoditas kelapa sawit yang saat ini dikelola PTPN IV Regional 7, KSO komoditas tebu yang dikelola PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dan optimalisasi aset lain.
Tentang RKO yang memasang tagline “Challenge Session”, Tuhu Bangun menyebut ajang ini sebagai penguatan seluruh elemen dan semua potensi yang ada untuk menjawab tantangan kinerja 2025. Menurut dia, tahun 2025 memberi peluang yang sangat luas untuk digali dan memberi harapan yang sangat tinggi untuk bisa dicapai. Beberapa indicator yang memunculkan optimism tinggi adalah cuaca yang cukup baik dan harga pasar karet yang sangat menjanjikan.
“Sebagai Perusahaan agro, kita sangat tergantung dari kebaikan alam. Padahal, kondisi alam berada di luar kendali kita. Demikian juga dengan harga, domainnya bukan di kita. Nah, tahun 2025 ini dua factor itu sangat berpihak kepada kita. Jadi, tidak ada alasan untuk meraih RKAP,” kata dia.
Sikap lebih optimistis disampaikan Fauzi Omar soal proyeksi Regional 7 tahun 2025. Ia mengatakan, Regional 7 yang pernah menjadi kampiun pada masa lalu saat Bernama PTPN VII saat ini telah menunjukkan kembali karakter kinerja dan potensi aslinya. Dengan penanganan dalam mengembalikan spirit bangkit yang tepat dan terukur, saat ini Regional 7 memulai fase yang lebih kuat, yakni fase keberlanjutan.
Tentang RKAP 2025 yang telah ditetapkan, Dirop yang pernah menjabat SEVP Operation I di PTPN VII pada 2020-2022 ini menyebut angka laba Rp456 miliar itu kurang tinggi. Hal ini melihat potensi dan peluang yang ada sangat memungkinkan untuk meraih angka yang lebih tinggi.
“Bagi saya, angka Rp456 M ini kurang. Seharusnya Bapak-Ibu memasang angka Rp600 miliar. Angka itu tidak berlebihan karena potensinya ada. Tinggal semengat dan berbagai opsi terobosan baru ditingkatkan, angka itu bisa dicapai tahun 2025 ini. Harga di pasar sangat bagus, cuaca mendukung, dan spirit kerja di semua elemen sudah mantap. Ayo kita capai,” kata dia.
Secara lebih teknis, Fauzi Omar mengaku sengaja meminta panitia RKO tidak hanya mengundang Manajer dan Kabag saja, tetapi juga menyertakan Asisten. Menurut Fauzi Omar, manajemen lapis kedua dari setiap departeman dan unit kerja harus ikut merasakan atmosfer perdebatan di ranah kebijakan dan mengetahui secara detail dan perinci soal manajemen pembiayaan. Sebab, setiap kebijakan manajemen untuk semua urusan akan berkaitan dengan operasional di lapangan.
“Saya sengaja minta Asisten, terutama Askep untuk ikut di RKO ini. Mereka adalah ujung tombak di lapangan yang akan mengeksekusi setiap kebijakan yang diambil. Mereka harus merasakan betapa setiap kebijakan sudah dikancah secara ketat. Mengejar produksi memang domainnya, tetapi mereka juga harus paham manajemen biaya. Bahwa setiap biaya yang keluar harus ada feedback yang jelas dan terukur. Bahwa efisiensi itu bukan cutting cost,” kata dia.
Sebaliknya, RKO juga harus diikuti secara seksama oleh bagian Keuangan dan Akuntasi, baik di Head Office maupun di Regional Office. Fauzi Omar memberi tekanan pada semua elemen mencermati lahirnya suatu kebijakan agar menemukan perspektif yang lebih luas.
“Kalau di tim teknis di lapangan sering meminta tambahan biaya di operasional lapangan, sebaliknya tim di manajemen terus mengejar produksi. Dua kutub ini harus ketemu dalam pembahasan di RKO ini supaya pemahamannya sama karena kita satu tim. Jadi akan jelas bahwa setiap biaya yang dikeluarkan bisa ditagih feedbacknya.”
Pembahasan RKO dalam dua hari ini akan membedah rencana operasional unit kerja secar bergilir dimulai dari Wilayah Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Beberapa anak Perusahaan juga akan memaparkan apa yang akan dikerjakan selama 2025 ini. (*)
Editor: Muhammad Furqon