MOMENTUM, Bandarlampung--Dalam agenda Studium General atau kuliah umum yang menumbuhkembangkan atmosfir akademik, Fakultas Adab (FA) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) mengupas tema kajian mengenai Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia.
Berlangsung di Ruang Teater Lt.2 Gedung Academic & Research Center UIN dengan menghadirkan narasumber Dosen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Prof Dr Jajat Burhanudin MA.
Seluruh mahasiswa baru Fakultas Adab yang terdiri dari Prodi Sejarah Peradaban Islam (SPI) dan Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII) nampak memenuhi tempat untuk menerima wawasan baru dari narasumber dengan antusias. Turut hadir para jajaran pimpinan, dosen serta tendik Fakultas Adab.
Rektor yang diwakili Wakil Rektor I Prof Dr H Alamsyah MAg mengatakan pentingnya mempelajari dan mengerti sejarah peradaban Islam.
“Menjadi hal penting untuk mendapatkan wawasan memahami bagaimana proses sejarah terbentuknya elit muslim dan peranannya dalam sejarah Indonesia. Serta kontribusi signifikannya para ahli politik, sejarawan muslim pada peradaban dunia, peradaban Islam sampai terbentuknya NKRI,” ujarnya.
Dekan Fakultas Adab, Dr H Ahmad Bukhari Muslim Lc MA menyampaikan, kegiatan ini membahas terkait konteks seperti apa yang memberi ruang bagi tumbuh dan kembangnya elit muslim di Indonesia.
Menurutnya, hanya dengan kebesaran jiwa dari elit Muslim-lah republik ini bisa lahir pada tahun 1945. Sebagai elit dari kelompok Mayoritas (Islam), ujarnya, mereka rela menerima Pancasila sebagai Ideologi Bangsa demi menjaga Persatuan Indonesia.
“Itulah sebabnya, Ulun Lampung, yang juga Menteri Agama pertama dari militer di Indonesia, yakni Alamsjah Ratu Perwiranegara pada masa Orde Baru selalu mengatakan bahwa Pancasila merupakan hadiah terbesar Umat Islam bagi Persatuan Indonesia,” jelasnya.
Dekan berharap, mahasiswa dan dosen mendapatkan pencerahan dan ide-ide baru yang dapat dikembangkan ke depan sebagai bahan kajian.(**)
Editor: Agus Setyawan