MOMENTUM, Bandarlampung--Sekretaris Jendral (Sekjend) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristianto mengatakan banyak intimidasi yang dilakukan oknum aparat pada masa tahapan Pemilu 2024.
Menurut Hasto, intimadasi dilakukan oknum aparat terkait dengan upaya memenangkan paslon calon presiden-wakil presiden tertentu. Dia menyebut, pihak yang diintimidasi antara lain kepala desa, ketua RT dan kelompok prodemokrasi.
"Biarkan rakyat mencari pemimpin terbaik," kata Hasto saat kampanye di Lapangan Kampung Sawahbrebes, Bandarlampung, Ahad 28 Januari 2024.
Dia mengingatkan, dalam konstitusi, aparat TNI dan Polri harus netral dalam proses pemilu. "Ini pemilunya rakyat, jadi rakyat yang berdaulat dalam menentukan pemimpinya, sehingga pemilu harus bebas dari intimidasi," kata Hasto.
Hasto mengeklaim, banyak intimidasi di lapangan yang dilakukan oleh oknum aparat. Namun, dia menyatakan, "Kami percaya, TNI/Polri memiliki sejarah yang luar biasa bagi kemajuan bangsa. Untuk itu jangan disalahgunakan".
Hasto melanjutkan, Bawaslu harus menjadi wasit yang baik, terutama terhadap berbagai temuan pelanggaran harus bersikap pro aktif sehingga pemilu 2024 sesuai dengan asasnya langsung, umum, bebas, rahasia jujur dan adil.
"Kalau kita lihat ini pemilu yang seharusnya menunjukan peningkatan kualitas untuk memilih pemimpin yang terbaik," ungkapnya.
Ia menuturkan, di Sulawesi ditemukan intimidasi-intimidasi kepada kepala desa untuk agar memembantu kampanye pasangan calon (paslon) nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
"Kemarin saya datang ke Sulawesi banyak saya temukan kepala desa yang diintimidasi, caranya sederhana, kamu masih mau ikut tidur dengan istri kamu tidak? Jika tetap berkampanye dan tidak membantu nomer 2 kemudian dilakukan intimidasi," tuturnya.
"Padahal kepala desa seharusnya netral. Kami percaya dalam 17 hari ke depan rakyat akan bergerak, rakyat tidak percaya lagi pada hasil-hasil survei, rakyat percaya pada pemimpin yang baik, peduli wong cilik, pemimpin yang fokus pada penurunan harga kebutuhan pokok dan penciptaan lapangan kerja," sambungnya. (*)
Editor: Muhammad Furqon