Harianmomentum.com--Kerusakan
hutan dan ruang terbuka hijau (RTH) disinyalir menjadi salah satu penyebab
terjadinya banjir di sejumlah kabupaten se Provinsi Lampung.
"Pemerintah
provinsi abaikan pentingnya menjaga hutan, sehingga dampak paling nyata disaat
memasuki musim penghujan menyebabkan musibah banjit," kata Ahmad
warga Kampung Banjarratu, Lampung Tengah.
Menurut dia, semestinya
pemerintah dapat mengantisipasi musibah tersebut. "Jangan hanya
infrastruktur jalan melulu, tapi juga jaga keseimbangan ekosistem alam. Baik
sungai ataupun hutan," kata Ahmad.
Akibatnya, ia
menambahkan, musibah yang terjadi di Lampung Tengah serta beberapa daerah
lainnya menimbulkan kerugian yang sangat signifikan terhadap masyarakat.
Selain merendam puluhan
rumah, banjir juga menghanyutkan satu unit sepeda motor, satu ton ikan budi
daya milik warga serta merendam lima hektare sawah.
Direktur Walhi
Lampung Hendrawan mengatakan banjir yang terjadi hari ini merupakan salah satu
akibat dari kerusakan hutan yang semakin nyata, bila sudah seperti ini
pemerintah seakan mengabaikannya.
"Pemprov Lampung
telah abaik dalam beberapa tahun terakhir dalam menjaga lingkungan, khususnya
hutan yang ada di wilayah ini," ungkapnya.
Seharusnya bencana ini
bisa diantisipasi dengan menjaga lingkungan, pemerintah harus sudah mulai
melakukan revitalisasi.
"Wilayah hulu dan
hilir di Sungai Way Sekampung, seharusnya sudah dilakukan revitalisasi karena
jika tidak dibenahi tentunya banjir akan lama surut," kata dia.
Apabila pemerintah telah
melakukan perbaikan, seharusnya lebih dahulu dilakukan penghijauan baru
dibenahi sungainya.
Sejumlah kabupaten yakni
Lampung Selatan, Metro, Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Waykanan mengalami
ketinggian air antara 30 cm hingga 2 meter.
Terdapat lima korban
jiwa dan dua lainnya hilang akibat musibah itu. Ratusan kepala keluarga
mengungsi dan kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Sebab utamanya karena
tingginya curah hujan yang mengakibatkan beberapa sungai yang melintas di empat
kabupaten itu meluap dan menggenangi wilayah sekitarnya.
Di Lampung Selatan
misalnya terdapat, 64 rumah pada tiga dusun di Desa Sidoharjo, Kecamatan
Waypanji, terendam akibat tanggul jebol. Air menggenangi puluhan rumah di
wilayah tersebut dengan ketinggian 30 cm hingga 60 cm.
Luapan air dari Sungai
Panji itu mulai terjadi pada Senin (26/2) sekitar pukul ?03.00 WIB hingga pukul
05.00 WIB. Dusun Solo dan Kediri tergenang banjir dengan ketinggian 60
centimeter, sedangkan di Dusun Bandung, air mencapai 50 centimeter.
Musibah serupa terjadi
juga di Lampung Timur, sebanyak dua kecamatan yakni Sukadana dan Bumiagung
tergenang air antara satu meter – dua meter. Bahkan, transportasi lumpuh akibat
beberapa ruas jalan tak bisa dilalui.(red)
Editor: Harian Momentum