Harianmomentum.com-- Gunung Anak
Krakatau (GAK) kembali erupsi, Senin (25/6/18) sekitar pukul 07.14.
Kali ini, abu vulkanik yang disemburkan dari
gunung yang berada di Selat Sunda itu mencapai ketinggian 1.000 meter atau
sekitar 1.305 meter di atas permukaan laut.
Saat ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan status GAK waspada level 2.
Kolom abu berwarna hitam dengan intensitas tebal
condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo
maksimum 30 milimeter dan durasi kurang lebih 45 detik.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pos Pemantauan GAK
Lampung, Andi Suwardi, membenarkan terjadinya letusan tersebut.
"Iya, ada letusan tadi pagi. Tapi untuk
gempa kemarin yaitu gempa vulkanik. Tidak ada skala richter, kita di sini tidak
merasakan getarannya,” paparnya kepada wartawan, Senin (25/6/2018).
Untuk saat ini menurut dia yang terancam adalah
pulau kosong di sekitarnya akibat dampak letusan.
Dia menjelaskan, saat terjadinya erupsi tidak
terlihat secara visual lantaran kabut tebal. Yang bisa melihat dengan jelas
dari Provinsi Banten.
Disinggung prediksi letusan susulan, Andi
mengaku pihaknya terus memantau. Namun ia berharap tidak ada letusan susulan.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi
GAK yang tengah menyandang status level II (waspada).
"Masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan
mendekati kawah dalam radius 1 kilometer dari kawah," tandasnya.
Diketahui, erupsi GAK adalah hal yang biasa.
Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan erupsi. GAK baru
muncul dari permukaan laut pada tahun 1927.
Rata-rata tambah tinggi 4-6 meter per tahun.
Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang
terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan,
beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan.
Memang sejak 18 Juni 2018, GAK mengalami
peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga
terjadi erupsi. Menurut PVMBG, pada 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan
tektonik, mulai terekam juga gempa Tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm
(dominan 6 mm).
Tanggal 19 Juni 2018, gempa Hembusan mengalami
peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per
hari. Selain itu, mulai terekam juga gempa Low Frekuensi sebanyak 12 kejadian
per hari. Gempa Tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm).
Kemudian, pada 20 Juni 2018, terekam 88 kali
gempa hembusan, 11 kali gempa Low Frekuensi dan 36 kali gempa Vulkanik Dangkal.
Pada 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa
Hembusan, 8 kali gempa Low Frekuensi, 50 kali gempa Vulkanik Dangkal dan 4 kali
gempa Vulkanik Dalam. Secara visual terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir.
Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu.
"Masyarakat diimbau tetap tenang. BPBD
Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah
antisipasi. Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan
aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru
dapat menikmati fenomena erupsi GAK dari tempat aman," pungkasnya. (red)
Editor: Harian Momentum