MOMENTUM, Bandarlampung--Kritisi pelaksanaan Festival Waykambas 2019, sejumlah aktivis yang tergabung dalam Masyarakat Anti Sirkus Hewan Indonesia menggelar aksi damai di Tugu Adipura Bandarlampung.
Dalam aksi tersebut, Kamis (7-11), sejumlah aktivis menyebutkan pelaksanaan Festival Waykambas merupakan bentuk eksploitasi terhadap hewan khususnya gajah.
"Kami minta eksploitasi gajah pada Festival Waykambas dapat segera dihentikan. Kami juga minta Kepada Balai Taman Nasional Waykambas (TNWK) dan bupati Lampung Timur untuk menghentikan penyiksaan terhadap gajah," kata koordinator aksi, Raihan Sabri.
Festival Waykambas 2019, dia mengatakan, yang dilaksanakan pada 9-10 November mendatang merupakan bentuk eksploitasi satwa karena pada gelaran sebelumnya ditemukan gajah terluka akibat tindakan mahot atau pawang. "Luka-luka di kepala itu menjadi bagian untuk membuat gajah menuruti kemauan mahot, dan itu termasuk dalam penyiksaan," kata Raihan.
Untuk itulah, pihaknya menuntut agar pemerintah serta balai tidak lagi memanfaatkan satwa dengan berlaku kejam sehingga dapat menyakiti satwa-satwa tersebut.
Bahkan, kata Raihan, adanya atraksi dengan menampilkan pawang berdiri di kepala gajah beresiko menyebabkan satwa cedera.
"Atraksi lainnya menunjukan bahwa mamalia besar itu dipaksa menampilkan perilaku yang tidak alami demi menghibur pengunjung. Gajah dipaksa bermain hula hoop kemudian berdiri dengan dua kaki lalu memberi tumpangan, kemudian meminta uang kepada pengunjung bahkan berpose agar pengunjung dapat mengambil foto selfie," katanya.
Oleh karena itu, penyiksaan gajah selama Festival Waykambas 2019 harus segera dihentikan.
"Kami menyarankan agar Festival Waykambas dapat menjadi kegiatan wisata yang ramah pada gajah, agar pengunjung dapat menikmati pemandangan gajah yang berperilaku secara alami di habitatnya," harapnya.(vaw)
Editor: Harian Momentum