Harianmomentum.com--Ekonom
senior, Rizal Ramli, memberikan komentar atas prestasi dan kelemahan
Pemerintahan Joko Widodo yang pada Jumat kemarin tepat berusia 3 tahun.
Menurut dia,
sejak awal Jokowi memerintah, sudah ada tiga defisit yang terjadi yaitu current
account, balance of payment dan anggaran. Tiga defisit itu terjadi karena masa
pemerintahan sebelumnya tidak mengurus ekonomi makro dengan baik.
"Masuknya (Jokowi) tidak beruntung, untuk kembalikan on
track butuh waktu cukup lama," jelas Rizal.
Di sisi lain, Rizal tidak menutup mata terhadap prestasi
Jokowi membangun infrastruktur di banyak tempat, terutama di luar Pulau Jawa
dengan biaya rata-rata setengah dari biaya pemerintahan sebelumnya.
"Kalau ditanya prestasinya apa, tentu infrastruktur.
Tidak bisa dibantah, dia membangun di banyak tempat, di luar Pulau Jawa dengan
biaya rata-rata setengah dari pemerintah sebelumnya," ujar mantan Menko
Perekonomian itu.
Dia akui, manfaat ekonomis pembangunan infrastruktur di luar
Jawa baru terasa pada 5-10 tahun mendatang. Sedangkan, pembangunan
infrastruktur di Jawa akan langsung terasa.
"Tapi itu pilihan Pak Jokowi ingin kurangi kesenjangan
Jawa dan non Jawa agar tidak Jawa sentris yang sudah puluhan tahun, pindah ke
Indonesia sentris. Itu saya angkat tangan, salut, dia komit terhadap itu,"
ungkap anggota panel ahli ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
Yang ia sayangkan, pemerintahan Jokowi tidak bisa keluar dari
cara berpikir budget financing dalam melakukan pembangunan infrastruktur di
Jawa.
Menurut Rizal, jelas saja pemerintah tidak punya cukup uang
untuk infrastruktur, karena priorotas pertama pemerintah adalah pembayaran
pokok dan bunga utang.
"Yang diumumkan cuma bunganya, pokoknya disembunyikan di
pembiayaan, yang kalau digabung sangat besar, lebih dari Rp 500-an triliun.
Prioritas kedua barulah pendidikan yang cukup besar, Rp 440 triliun, baru
kemudian infrastruktur Rp 409 triliun, itu untuk tahun depan," urai Rizal.
Dia tegaskan, tidak mungkin pemerintah bisa membiayai
pembangunan infrastruktur dengan beban utang yang sangat besar. Saran dia,
pemerintah tidak lagi mengandalkan budget financing jika ingin melanjutkan
pembangunan di Jawa.
"Kalau mau bangun infrastrutur jangan lagi andalkan
budget, tetapi non budget financing. Kami anjurkan revaluasi aset, yang memang
dilakukan. Walau hanya 16 BUMN yang ikut, aset naik hampir Rp 800 triliun,
pajak bertambah Rp 32 triliun," tuturnya.
Rizal Ramli mengatakan, seandainya semua BUMN mengikuti saran
revaluasi aset, maka aset negara bisa bertambah Rp 2500 triliun.
"Cuma menterinya, saya enggak jelas sibuk apa itu
Menteri BUMN (Rini Soemarno). Faktanya BUMN merugi semua dan banyak yang
gede-gede," tegur Rizal. (rmol)