Terendam Banjir, Seribuan Hektare Sawah Gagal Panen

img
Ilustrasi

MOMENTUM, Bandarlampung--Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Lampung mencatat ada 1.140,12 hektare sawah yang gagal panen.

Hal itu dikarenakan ribuan hektare sawah tersebut terendam banjir. Terutama di daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas KPTPH Lampung Kusnardi mengungkapkan, sejak awal tahun 2022 hingga 25 Oktober ada sekitar 4.704 hektare sawah yang terendam banjir.

"Di Lampung ada sekitar 1.140,12 hektare yang gagal panen dari 4.704 hektare yang terendam banjir sampai dengan tanggal 25 Oktober 2022," kata Kusnardi, Kamis (27-10-2022).

Ribuan hektare sawah yang terendam banjir tersebut terjadi pada bulan Januari, Februari, Mei, Juli dan Oktober.

"Yang tertinggi dilaporkan terjadi pada Januari 2022 mencapai 1.935 hektare. 593 hektare diantaranya mengalami gagal panen," jelasnya.

Dua menjelaskan, sawah yang terendam banjir itu tersebar di 10 kabupaten: Lampung Selatan dari 895,5 hektare yang terendam, 209 diantaranya gagal panen.

Kemudian, 82 hektare sawah di Lampung Tengah terendam banjir. Lampung Timur dari 783 hektare sawah yang terendam, 263,5 hektare gagal panen.

Di Lampung Barat dari 350 hektare sawah yang terendam, 15 hektare gagal panen. Pringsewu dari 126,25 hektare yang terendam, 23,87 hektare gagal panen.

Di Tanggamus dari 479 hektare sawah yang terendam banjir dan 41 hektare gagal panen. Tulangbawang, dari 1.619,75 hektare sawah terendam banjir, 579,25 hektare gagal panen.

Pesawaran ada 30 hektare sawah terendam banjir. Tulangbawang Barat ada 300 hektare terendam banjir. Waykanan, dari  38 hektare sawah terendam banjir, 8,5 hektare gagal panen.

Menyikapi hal itu, menurut Kusnardi, Dinas KPTPH Lampung telah melakukan berbagai upaya. Seperti memberikan bimbingan dan pengawalan terhadap bencana alam. Terutama bagi petugas yang bekerja di setiap kecamatan.

"Kita memberikan bimbingan dan pengawalan terhadap bencana alam dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Kita juga memberikan beberapa rekomendasi yang diberikan oleh POPT," terangnya.

Rekomendasi yang diberikan antara lain dengan penerapan pola tanam spesifik lokasi, melihat waktu dimulainya musim hujan dan pola curah hujan di wilayah tersebut.

Selanjutnya memilih komoditas/varietas dan waktu tanam, menggunakan pupuk kompos atau bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah serta pemanfaatan agens hayati.

"Kita juga melakukan penyebarluasan informasi prakiraan iklim dan kewaspadaan terhadap bencana alam (banjir dan kekeringan). Dengan memperbanyak informasi dari BMKG," tambah Kusnardi. (**)









Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos