Penurunan Orang Miskin Terbanyak, Lampung Masuk Tiga Besar

img
Data penurunan orang miskin terbanyak

MOMENTUM, Bandarlampung--Lampung menjadi salah satu provinsi dengan penurunan orang miskin terbanyak se Indonesia. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada periode Maret 2022 hingga September 2022, penurunan orang miskin mencapai 6,82 persen.

Capaian itu menempatkan Lampung pada posisi ketiga sebagai provinsi dengan penurunan orang miskin terbanyak.

Sedangkan untuk posisi pertama ditemapi Jawa Barat yang mencapai 17,36 ribu. Disusul DKI Jakarta 7,11 ribu, Lampung, Sumatera Utara 6,1 ribu dan Bengkulu 4,3 ribu.

Dilain sisi, ada lima provinsi juga justru mengalami penambahan orang miskin terbanyak. Seperti Jawa Timur bertambah 55,22 ribu, Jawa Tengah 26,79 ribu, Nusa Tenggara Timur 17,55 ribu, Banten 15,64 ribu, Papua 14,2 ribu.

Diberitakan sebelumnya, Angka kemiskinan di Provinsi Lampung pada September 2022 mengalami penurunan.

Stastisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Gita Yudianingsih menyebutkan pada Maret 2022 angka kemiskinan Lampung mencapai 11,57 persen. Sedangkan pada September turun menjadi 11,44 persen.

"Angka kemiskinan Lampung pada bulan September mengalami penurunan dibandingkan dengan Maret 2022," kata Gita saat memberikan keterangan pers, Senin (16-1-2023).

Dia menjelaskan, untuk jumlah penduduk miskin di Lampung pada September mencapai 995,59 ribu jiwa. Jumlah tersebut berkurang 6,82 ribu jiwa dibandingkan dengan Maret 2022 yang mencapai 1.002,41 ribu jiwa.

Dia merinci, untuk persentase kemiskinan di perkotaan 8,34 persen atau 239,11 ribu jiwa. 

Meski demikian, jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan bulan Maret 2022 yang hanya 8,31 persen atau naik 00,3 persen.

Sedangkan untuk angka kemiskinan di pedesaan mencapai 12,96 persen atau 756,48 ribu jiwa. 

Jumlah itu menurun jika dibandingkan dengan bulan Maret 2022 yang mencapai 13,14 persen atau turun 0,18 persen.

Menurut dia, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. 

"Karena penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan," terangnya.

Untuk garis kemiskinan mengalami kenaikan 6,22 persen dan tingkat kemiskinan justru turun 0,13 persen. 

"Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk miskin mampu mengimbangi kenaikan garis kemiskinan," terangnya.

Dia menjelaskan, peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan non-makanan. Seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

"Pergerakan garis kemiskinan ini disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas makanan yang lebih tinggi," sebutnya. 

Walau begitu, dia menjelaskanm persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. 

"Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan," tuturnya. (**)









Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos