MOMENTUM -- Ini Orang Serang! Begitu kira-kira yang terucap dari mulut ratusan ribu penduduk Kabupaten Serang, Provinsi Banten, saat Rizki Juniasyah meraih medali emas cabang olahraga angkat besi di nomor 73 kg.
Emas kedua bagi kontingen Indonesia ini sekaligus menghapus segala kekhawatiran kita terkait medali. Maklum, hingga tiga hari menjelang Olimpiade, kontingen Garuda baru memperoleh perunggu dari Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih, untuk nomor tunggal putri, cabor bulutangkis.
Bahkan Menpora Dito Ariotedjo melalui instragramnya menyatakan siap mengambil-alih tanggung jawab. Satu langkah yang perlu diacungi jempol karena ketika banyak pihak justru lebih sering melempar tanggung jawab dan cendrung menyalahkan pihak lain, Dito justru tampil ke depan.
Maka, ketika Veddriq Leonardo dari cabor panjat tebing di nomor Speed putra berhasil meraih emas, melalui instagram CDM, Anindya Bakrie, kegembiraan Dito meledak begitu rupa. Ya, kegembiraan yang luar biasa dan normal dilakukan oleh siapa pun yang baru terlepas dari 'tekanan perasaan'.
Banten-Lampung
Keberhasilan kedua dari Rizki, pemuda kelahiran kota Serang, 17 Juni 2003, benar-benar menggetarkan seluruh relung Republik tercinta yang sesaat lagi akan memasuki usia 79 tahun. Terlebih untuk Banten dan Kota Serang.
Hasil ini menjadi tanda bahwa kontingen Indonesia yang dipimpin Anindya Bakrie, sukses. Lonjakan dalam klasemen peroleh medali pun melompat sangat cepat. Dari awalnya 72, lalu ke-46, dan kini hanya satu tingkat di bawah Filiphina, peringkat 28 (2 emas-0 perak-1perunggu). Mudah-mudahan jumlah itu masih bisa berubah karena cabor sepeda, nomor Omnium putra atas nama Bernard Benyamin van Aert, hari ini.
Rizki yang berikrar akan 'membalaskan' dan menebus kegagalan seniornya Eko Yulianto yang cedera saat menjelang final, meluapkan kegembiraannya setelah menumbangkan atlet China Shi Zhiyong. Ini merupakan emas pertamanya di olimpiade.
Sayang Eko gagal. Meski demikian Rizki dan Eko telah membangkitkan gairah yang luar biasa bagi dua provinsi Banten dan Lampung. Seperti kita ketahui, Lampung dan Banten sedang siap-siap untuk ikut bidding menjadi tuan rumah PON XXIII, tahun 2032.
Semoga keberhasilan ini membuat dunia olahraga kita tetus menggeliat maju. Meski demikian, ajakan Menpora Dito untuk segera mengevaluasi, perlu ditanggapi ekstra keras. Maklum, cabor bulutangkis yang biasanya menjadi penyumbang emas, berguguran sebelum waktu. Padahal kita memiliki sederet pebulutangkis kelas dunia. Beruntung masih ada Gregoria Mariska Tunjung yang menyumbang perunggu.
Kemudian Panjat Tebing, cabor baru yang sukses di nomor Speed putra, kedepan perlu juga diperhatikan agar jam terbang mereka bertambah. Selain itu perbaikan dan penambahan nomor juga perlu dipikirkan.
Terakhur cabor Angkat Besi, usia Eko sudah tidak muda lagi, kira perlu menambah jumlah Rizki-Rizki lainnya. Pun untuk atlet putri, hingga kini kita belum memiliki pengganti almarhumah Lisa Rumbewas yang salam tiga olimpiade, 2000, 2004, dan 2008 menyumbangkan 2 perak serta 1 perunggu.
Apapun juga, hasil ini membuat senyuman kita rakyat Indonesia, sama manisnya dengan senyuman Anindya Bakrie, putra sulung Aburizal Bakrie.
Bravo olahraga Indonesia.... (**)
M. Nigara - Wartawan Olahraga Senior.
Editor: Muhammad Furqon