Baru Dibangun, Jalan Lingkungan di Padangcahaya Banyak yang Retak

img
Jalan lingkungan jenis rabat beton di Pemangku Limaukunci, Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat. Foto: Sulemy.

MOMENTUM, Balikbukit--Baru seumur jagung, jalan lingkungan jenis rabat beton di Pemangku Limaukunci, Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), sudah rusak. Jalan yang dibangun menggunakan dana desa (DD) itu, kini banyak yang retak dan patah di sepanjang bahu jalan.

Jalan rabat beton itu dibangun oleh Pemerintah Pekon Padangcahya pada akhir tahun 2024 itu, menghabiskan DD sebanyak Rp215 juta untuk pembangunan jalan sepanjang 352 meter.

Pantauan Harian Momentum di lokasi, terlihat bahu jalan mulai retak dan patah. Sedikitnya ditemukan 45 patahan ditangah bahu jalan beton itu. Kondisi jalan juga mulai terlihat berlubang dan retak-retak ditengah bahu jalannya. Hal ini diduga karena buruknya kualitas pembangunan dalam penggunaan material saat pembangunan berjalan berlangsung. Meski sejatinya, jalan itu hanya intens dilintasi oleh kendaraan roda dua atau sepeda motor.

Kondisi kualitas pembangunan ini pun dikeluhkan oleh masyarakat setempat. Salah satu warga Pemangku Limau Kunci, Malui mengaku kecewa dengan kondisi hasil pembangunan jalan tersebut. Menurutnya, pemangku yang menjadi tempat tinggalnya telah bertahun-tahun tidak ada pembangunan. Namun, setelah ada pembangunan hasil kualitas yang buruk dan sangat mengecewakan.


"Bisa dilihat jalan itu sudah retak-retak baru hitungan bulan pembangunannya," katanya.

Malui juga menceritakan bahwa pihaknya sempat melakukan protes kepada pihak rekanan mengenai penggunaan material agar menghasilkan kualitas dan mutu jalan yang bagus.

"Sebagai masyarakat saya juga punya hak untuk mengawasi pembangunan yang dilakukan, saat itu saya mempertayakan penggunaan takaran materialnya ke rekanan dan tukang yang bangun jalan itu. Dengan niat agar hasil jalan yang bagus dan tahan lama," katanya.

Menurut Malui sangat wajar jika baru hitungan bulan jalan itu sudah mulai rusak dangan tanda retak-retak dan patah disepanjang bahu jalannya. Hal itu karena adanya ketidak sesuaian dalam penggunaan material saat pembangunan.


Bahkan Malui menyebut para pekerja menggunakan takaran yang cenderung mengurangi volume materil. Dimana, Malui menyebut dalam satu molen (mesin pengaduk matrial) hanya menggunakan setengah sak semen dan dua ember batu.

"Bisa dilihat sendiri hasil jalan itu, penggunaan material juga bisa dilihat. Kurang batu dan semen, saya yang menyaksikan sendiri dan sempat mempertanyakannya kepada mereka prnggunaan material itu," kata Malui sambil menunjukan kondisi jalan yang telah retak dan sompal.

Malui menceritakan bahwa saat pembangunan belum selesai dan tengah berlangsung, sudah terdapat beberapa titik jalan yang sudah retak. Pihaknya pun mempertanyakan kepada pihak rekanan namun dijawab bahwa hal itu akibat faktor alam.

"Itu pembangunan belum selesai yang sebelah sana sudah ada yang retak. Sempet saya tanya katanya faktor alam, meski saat pengerjaannya dimusim kemarau. Jadi faktor alam mana yang buat retak beton itu, tidak ada gempa bumi besar, hujan bahkan banjir saat mengerjakannya," jelasnya.

Masih dikatakan Malui, kondisi kurang bagusnya kualitas jalan tersebut telah menjadi perbincangan dikalangan masyarakat. Serta masyarakat meminta untuk dilakukan perbaikan kualitas jalan dan pihak terkait untuk mengecek kualitas pembangunan.

"Jadi omongan masyarakat kualitas jalan yang kaya gitu, saat kumpul-kumpul pada ngomongin jalan yang sudah retak. Minta Inspektorat turun dan mengecek kondisi jalan itu," katanya lagi. (**)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos