HTN 2025, Lampung Didorong Jadi Lokomotif Hilirisasi Pangan Nasional

img
Ketua DPRD Lampung, Ahmad Giri Akbar. Foto: Ist

MOMENTUM, Bandarlampung--Provinsi Lampung didorong menjadi lokomotif hilirisasi pangan nasional menuju Indonesia Emas 2045. Hal itu disampaikan Ketua DPRD Provinsi Lampung, Ahmad Giri Akbar, bertepatan dengan peringatan Hari Tani Nasional (HTN) yang jatuh pada Rabu (24-9-2025).

Menurutnya, peringatan itu bukan hanya momentum historis, melainkan ruang refleksi tentang petani tetap menjadi fondasi ketahanan pangan sekaligus pilar ekonomi bangsa. 

Giri menyebut, tahun 2025 juga terasa istimewa karena bertepatan dengan awal periode pemerintahan baru yang menempatkan kedaulatan pangan dan hilirisasi sebagai agenda strategis nasional. 

Ketua DPD Pemuda Tani Lampung itu juga mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024. Secara nasional, pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang sekitar 11,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Sementara di Lampung, kontribusi sektor pertanian bahkan mencapai 27,34 persen terhadap PDRB pada Triwulan III-2024. 

“Angka ini menegaskan bahwa hampir sepertiga denyut ekonomi Lampung digerakkan oleh petani dan hasil bumi. Lampung jelas bukan hanya penting bagi daerah, tetapi juga strategis bagi ketahanan pangan nasional,” kata Giri dalam keterangan tertulisnya. 

Namun, lanjutnya, kontribusi besar ini masih sebatas sebagai penghasil bahan mentah. Nilai tambah terbesar justru ada di sektor hilir yang belum tergarap optimal. Karena itu, hilirisasi harus menjadi fokus bersama. 

 “Lampung punya modal kuat yaitu kopi robusta sebagai salah satu terbesar di Indonesia, singkong yang menopang kebutuhan nasional, jagung untuk industri pakan, serta lada yang sudah dikenal di pasar dunia. Jika semua ini diolah menjadi produk siap konsumsi dengan standar mutu dan branding modern, nilainya akan berlipat ganda,” kata Giri.

Dia menegaskan, agenda hilirisasi yang kini didorong pemerintah pusat adalah arah pembangunan ekonomi yang lebih inklusif. Selama ini, hilirisasi identik dengan nikel, bauksit, atau komoditas tambang. Padahal, hilirisasi pangan tak kalah strategis.

“Dengan mendorong produk pertanian masuk ke rantai nilai industri, Indonesia tidak hanya mengamankan ketahanan pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Lampung, dengan kontribusi pertanian yang dominan, sangat layak dijadikan pilot project hilirisasi pangan nasional,” jelasnya.

Terlebih, hilirisasi berarti petani tidak lagi sebatas menjual singkong mentah, tetapi memproduksi tepung mocaf dan turunannya. Kopi tidak lagi hanya biji, melainkan menjadi kopi premium siap seduh. Cabai dan bawang merah pun bisa diproses menjadi bubuk atau pasta dengan daya simpan tinggi. Semua itu menurutnya, membuka akses pasar lebih luas, baik lokal maupun ekspor.

“Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan kualitas SDM petani menjadi kebutuhan utama. Pelatihan teknologi pascapanen, penguasaan digital marketing, dan manajemen usaha tani harus diperluas,” tegasnya.

Ia menambahkan, generasi muda pertanian atau petani milenial di Lampung sudah mulai bergerak ke arah ini dengan memanfaatkan media sosial dan marketplace untuk memasarkan produk. Jika gerakan itu diperkuat kebijakan nasional serta infrastruktur pengolahan di desa, transformasi pertanian akan lebih cepat tercapai. 

Selain itu, Giri menerangkan, hilirisasi pangan sejalan dengan visi besar Indonesia Emas 2045. Pada usia satu abad kemerdekaan, Indonesia ditargetkan menjadi negara maju, berdaulat, dan sejahtera. 

“Pertanian tidak boleh tertinggal dalam narasi besar ini. Justru sektor ini harus menjadi motor utama yang menegaskan kemandirian bangsa. Lampung, dengan segala potensinya, bisa menjadi miniatur transformasi pertanian Indonesia,” ungkapnya.

Hari Tani Nasional, lanjutnga, adalah panggilan bukan hanya bagi petani, tetapi juga seluruh elemen bangsa. Pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat harus bergandeng tangan membangun ekosistem hilirisasi. 

“Dengan semangat kolaborasi, hilirisasi pertanian tidak hanya menjadi jargon, tetapi kenyataan yang membawa kesejahteraan nyata bagi petani dan masyarakat luas,” paparnya. 

Ia menyebut, peringatan hari tani harus menjadi pengingat bahwa petani bukan hanya penyedia pangan, melainkan garda depan kedaulatan bangsa. 

“Mari sambut Hari Tani Nasional 2025 dengan keyakinan dan optimisme. Inilah saatnya bergerak bersama: mendorong hilirisasi, memperkuat kapasitas petani, dan memastikan produk pertanian kita punya daya saing tinggi. Jika Lampung bisa menjadi lokomotif, maka Indonesia akan melaju menuju cita-cita besar kedaulatan pangan, kesejahteraan petani, dan Indonesia Emas 2045,” tutupnya. (**)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos