Inflasi Terjaga, BI Cacat Prospek Risiko Jelang Natal 2025

img
KPw BI Lampung.

MOMENTUM, Bandarlampung--Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung memperkirakan inflasi tahun 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1% (yoy). Namun demikian, beberapa risiko perlu diantisipasi.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Bimo Epyanto dalam keterangan pers, Selasa (4-11-2025).

Menurut dia risiko itu antara lain, Inflasi inti (core inflation): meningkatnya permintaan agregat akibat kenaikan UMP 6,5% dan tingginya konsumsi jelang Natal dan Tahun Baru; serta kenaikan harga emas dunia.

Inflasi bahan makanan bergejolak (volatile food): potensi kenaikan harga beras pasca panen gadu dan menjelang musim tanam, serta kenaikan harga komoditas strategis menjelang HBKN Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price): potensi kenaikan harga minyak dunia akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Oktober 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm), meningkat dibandingkan September 2025 yang sebesar 0,16% (mtm). Meskipun demikian, capaian ini masih lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 0,28% (mtm), namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi Oktober tiga tahun terakhir di Lampung yang hanya 0,01% (mtm).

Secara tahunan (yoy), inflasi Lampung pada Oktober 2025 mencapai 1,20%, naik tipis dari bulan sebelumnya (1,17% yoy), namun tetap lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 2,86% yoy.

Kenaikan harga pada bulan Oktober terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain: Emas perhiasan (andil 0,14%), Daging ayam ras (0,05%), Telur ayam ras (0,05%), Cabai merah (0,05%)

Kenaikan harga emas sejalan dengan kenaikan harga emas dunia di tengah tingginya ketidakpastian global akibat faktor geopolitik. Sementara itu, kenaikan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh minimnya pasokan DOC (day old chicks) dan penurunan produktivitas peternak akibat faktor cuaca.

Inflasi Oktober tertahan oleh penurunan harga pada beberapa komoditas seperti: Bawang merah (-0,15%), Tomat (-0,03%), Cabai rawit (-0,04%), Gula pasir (-0,02%)

Harga komoditas hortikultura tersebut turun seiring masuknya periode panen di beberapa daerah, sementara penurunan harga gula pasir ditopang oleh stok lokal yang terjaga dan perbaikan produksi tebu domestik.(**)






Editor: Agus Setyawan





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos