Harianmomentum.com--Data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia memproduksi sampah hingga
65 juta ton pada 2016, dan meningkat menjadi 67 ton pada 2017.
Data
Pusat Oceanografi LIPI menunjukkan, sekitar 35,15% terumbu karang di Indonesia
dalam kondisi tidak baik dan hanya 6,39% dalam kondisi yang sangat baik.
Pemanasan global dipicu karena pembakaran batu bara yang mencapai
jumlah emisinya per tahun yaitu 9 miliar ton Co2; Adanya konversi lahan dan
perusakan hutan dengan jumlah emisi mencapai 2,53 miliar ton Co2e; dan
aktivitas dan pemakaian energy, pertanian dan limbah dengan emisi mencapai 451
juta ton Co2.
Berdasarkan data Korlantas Mabes Polri menyebutkan jumlah kendaraan yang
terdaftar sampai 3 Januari 2017 mencapai 102.328.629 kendaraan.
Kondisi ini menimbulkan munculnya masalah pencemaran udara. Data
kematian akibat polusi udara mencapai lebih dari 165.000 orang. Sedangkan, data
WHO di tahun 2017 menyebutkan, Jakarta dan Bandung masuk daftar sebagai 10
besar kota dengan pencemaran udara terburuk di Asia Tenggara.
Tingkat polusi udara Jakarta
sangat mengkhawatirkan yaitu berada pada level 4,5 kali dari ambang batas yang
ditetapkan WHO, dan tiga kali lebih besar dari standar yang ditetapkan
pemerintah Indonesia.
Sedangkan, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total
luas hutan Indonesia saat ini mencapai 124 juta hektar. Sejak 2010 sampai 2017,
Indonesia kehilangan luas hutannya hingga lebih dari 684.000 hektar per
tahunnya.
Sumber pencemaran laut yaitu limbah domestik mencapai 75%, limbah
perkantoran dan daerah komersial mencapai 15% dan limbah industry mencapai 10%.
Sedangkan, penyebab pencemaran laut yaitu limbah industri, pengecatan kapal,
reklamasi, limbah rumah tangga, kegiatan pelabuhan dan pelayaran.
Di Indonesia, sejumlah permasalahan lingkungan masih menjadi pekerjaan
rumah yang membutuhkan penyelesaian. Persoalan ini menjadi sangat krusial,
karena menyangkut kualitas kehidupan di masa dating.
Setidaknya ada 10 permasalahan
lingkungan di Indonesia yaitu sampah, banjir, pencemaran sungai, rusaknya ekosistem
laut, pemanasan global, pencemaran udara, sulitnya air bersih, kerusakan hutan,
abrasi dan pencemaran tanah.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia, sehingga menghasilkan persoalan lanjutan yaitu produksi
sampah dan pembuangannya. Dampak dari sampah yang tidak tertangani yaitu
terjadinya banjir.
Banjir juga dipicu karena
tingginya curah hujan, rusaknya hutan dan berubahnya fungsi sungai. Sedangkan
pencemaran sungai terjadi karena ekses dari ulah manusia yang membuang limbah
atau sisa industri ke sungai.
Permasalahan lain yang menjadi persoalan lingkungan adalah pemanasan
global, yakni proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan permukaan
bumi. Banyak dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global seperti rusaknya
ekosistem mahluk hidup dan tenggelamnya pulau-pulau kecil, karena naiknya
permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub.
Dalam mengatasi permasalahan
ancaman pemasan global, juga belum ada kesepakatan, walaupun berbagai bentuk
perjanjian seperti Perjanjian Kyoto, Jepang dan Perjanjian Paris, Perancis
dalam rangka mengurangi gas emisi karbon sebagai pemicu pemanasan global,
selalu ditentang Amerika Serikat yang menyebabkan munculnya sejumlah ketegangan
dan terganggunya hubungan bilateral.
Sedangkan abrasi atau erosi pantai dipicu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut. Kerusakan garis pantai ini bisa disebabkan oleh
gejala alami, namun manusia sering menjadi penyebab utama terjadinya masalah
ini.
Banyaknya lokasi terjadinya
abrasi di Indonesia jika tidak ditangani dengan baik, berpotensi akan
mengganggu niat pemerintah membangun dan merenovasi sejumlah pelabuhan dan tol
laut di Indonesia.
Pencemaran tanah adalah kondisi dimana bahan kimia buatan manusia masuk
dan mengubah lingkungan tanah alami. Akibatnya tanah menjadi tidak lagi murni
seperti sebelumnya atau sudah terkontaminasi.
Dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan ini diantaranya mengurangi kesuburan tanah yang mengakibatkan
kegagalan panen dan penurunan tingkat kesejahteraan petani, rusaknya ekosistem
mahluk hidup menyebabkan konflik antara manusia dengan binatang semakin meluas
serta timbulnya wabah penyakit yang jika berlanjut terus akan mengganggu atau
menurunkan daya saing SDM dan kreativas serta produktifitas masyarakat
Indonesia. (Penulis: Datuak
Tjumano Pemerhati masalah
lingkungan hidup di Indonesia)
Editor: Harian Momentum