Harianmomentum.com--Eli Wahyuni, politikus wanita asal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu kembali mendapat simpati masyarakat Lampung.
Perolehan 13 ribu lebih suara dari daerah pemilihan (dapil) tiga: Metro, Pesawaran dan Pringsewu menghantarkannya untuk kembali menduduki kursi dewan legislatif Provinsi Lampung periode 2019-2024.
Dua periode menjadi dewan perwakilan rakyat di tanah lado tak membuatnya bosan. Padahal, dia punya kesempatan besar untuk naik ke level yang lebih tinggi, DPR RI.
Namun, untuk ketiga kalinya perempuan kelahiran Bandarlampung, 25 Juni 1962 itu kembali memilih mencalonkan diri di DPRD Provinsi Lampung pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Dalam agenda wawancara dengan harianmomentum.com beberapa waktu lalu, Ketua Perempuan Indonesia Raya (PIRA) Lampung itu membeberkan kiat suksesnya, tiga kali duduk di legislatif.
Ketua Komisi V DPRD Provinsi Lampung itu mengatakan, kunci yang pertama adalah silaturahmi.
“Bersama PIRA kami sering turun ke lapangan. Kita kumpulkan ibu-ibu, terus kita adakan kegiatan, contohnya belajar membuat tasbih. Jadi sambil buat tasbih kita bisa beraudiensi dengan mereka,” tuturnya.
Di sela-sela pertemuan, wanita yang sempat menjadi Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu mulai menyisipkan kalimat-kalimat politisnya. Kalimat yang santai namun mengena di hati.
“Ini ibu-ibu tasbihnya sudah jadi, kalau selesai salat jangan lupa berzikir, terus doakan saya juga ya biar jadi (DPRD),” kata Eli mencontohkan kalimat saat berbincang-bicang dengan para konstituennya.
Kiat sukses yang kedua adalah menjaga konstituen dengan baik. Mantan Ketua Kohati Cabang Lampung itu mengakui, kalau konstituennya mayoritas adalah kaum emak-emak.
Untuk itu, Eli mengedepankan pembinaan kaum perempuan yang diwujudkannya dalam berbagai aktifitas.
“Tiga periode ini konstituen saya perempuan, lebih enak ngobrolnya. Kalau laki-laki kan dikit-dikit mau ini lah, mau itu lah,” jelasnya.
Eli menuturkan, perhatian yang diberikan kepada konstituennya bukan hanya saat pemilihan legislatif (pileg) akan berlangusung, melainkan lebih dari itu.
“Kadang mereka (konstituen) menelepon saya, misal perlu bayaran sekolah, ada anaknya yang mau menikah dan sebagainya. Saya berkewajiban untuk memperhatikan hal tersebut,” ucapnya.
Kiat ketiga menurut mantan aktifis jurnalis kampus tersebut yaitu menjaga amanah masyarakat. Kata Eli, DPRD punya tugas memperjuangkan aspirasi rakyat.
Selama menjabat Ketua Komisi V DPRD Lampung periode 2014-2019, Eli sering kali turun ke lapangan. Tujuannya, untuk melihat sejauh mana berjalannya program-program, khususnya pendidikan di wilayah Provinsi Lampung.
Teranyar, mantan dosen Universitas Bandar Lampung (UBL) itu menyisir ke Mesuji dan Lampung Barat bersama beberapa anggota Komisi V. Tujuannya untuk melihat pembangunan sekolah di dua kabupaten tersebut.
“Kita ajukan beberapa unit sekolah baru (USB) di Mesuji dan Lampung Barat, zona merahnya. Ini salah satu cara kita agar pendidikan di Lampung bisa merata, jadi tidak hanya mementingkan dapil kita saja,” paparnya.
Baca juga: Bangun Kampung Halaman, Eli Wahyuni Siap Maju Pilbup Pesawaran
Kiat berikutnya yaitu banyak membantu masyarakat. Menurut Eli, banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu masyarakat. Bisa dengan uang pribadinya, bisa dengan mendorong program yang dibutuhkan masyarkat, bisa juga dengan memanfaatkan relasinya di partai politik.
“Apa yang bisa kita bantu? banyak tentunya. Kalau pribadi saya tidak bisa, terkadang saya meminta tolong melalui pusat,” katanya.
Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu warga di Pesawaran membutuhkan traktor untuk menggarap lahan pesawahan.
“Saya kan gak bisa tuh, maka saya bilang ke Pak Akhmad Muzani (DPR RI asal Gerindra), Pesawaran butuh traktor, bagi dong. Alhamdulillah, dapat bantuan dari pusat 10 unit traktor,” tuturnya. Contoh lainnya, Eli membantu memfasilitasi penjualan kerajinan tapis khas Lampung.
Kiat sukses lainnya yang mungkin tidak dimiliki wanita pada umumnya adalah, Eli tak mau kalah saing dengan kaum pria.
Berbagai aktifitas menantang sudah sering dilakukan wanita yang sempat menjadi aktivis Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Lampung itu. Sehingga tak jarang, Eli harus berjalan kaki, masuk ke desa-desa hanya untuk menemui para konstituennya.
“Mungkin banyak caleg yang mau praktis saja, memberi ini itu melalui perantara orang sudah selesai. Tapi kalau saya lebih senang mendatangi konstituen saya. Kadang rumahnya di tengah kebun, berbatasan dengan hutan. Ada juga yang didaerah perbukitan. Tapi dulunya (saat kuliah) saya memang sudah sering naik gunung,” tuturnya.
Kiat berikutnya yang tak kalah penting adalah menjalin harmonisasi dengan keluarga. Keluarga di mata Eli merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Menurut dia, jika orang tua tidak mampu memimpin anak-anaknya dengan baik, maka jangalah berfikir untuk dapat memimpin masyarakat yang lebih luas. Untuk itu, Eli mulai terjun ke dua politik setelah anak-anaknya beranjak dewasa.
“Saya mulai masuk di partai pada 2008. Jadi saat pertama kali saya terpilih 2009 (DPRD Provinsi) anak yang paling kecil sudah SMP dan yang paling besar sudah SMA,” kata ibu dari empat orang anak itu.
Namun yang terpenting menurut Eli adalah pendidikan yang ditanamkan sejak kecil. Eli menuturkan, sejak anak-anaknya kecil mereka sudah tinggal di komplek perumahan.
“Saya tanamkan kedisiplinan sejak kecil. Kalau waktu magrib mereka mengaji. Setelah itu mereka belajar sampai pukul 21.00 WIB. Setelah itu baru boleh menonton televisi,” tuturnya.
Di pagi hari, keempat anaknya menghabiskan waktu untuk belajar di seklolah. Usai pulang sekolah, mereka bimbel dan kursus Bahasa Inggris. “Sehingga waktu bermain mereka habis untuk belajar,” ujarnya.
Untuk itu, walaupun kini waktunya sudah tidak sepenuhnya untuk sang anak, namun dia yakin pendidikan yang dibangun sejak dini akan membekas di relung hati anak-anaknya.
“Hal-hal seperti ini yang selama ini saya lakukan, sejak pertama nyalon (DPRD) pada 2009, terus yang kedua di tahun 2014 terakhir di 2019 kemarin. Alhamdulillah, dilancarkan Allah,” terangnya.(acw)
Editor: Harian Momentum