Melihat Penangkaran Rusa di Kampus Unila

img
Penangkaran rusa di Universitas Lampung.

MOMENTUM, Bandarlampung-- Bagi pecinta hewan mamalia bertanduk panjang tidak perlu pergi jauh ke luar kota untuk sekedar melihatnya. Datang saja ke penangkaran rusa di Kecamatan Rajabasa, Kota Bandarlampung. Tepatnya di Jalan Soemantri Brodjonegoro, belakang Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (Unila).

Di atas lahan setengah hektare itu kini dihuni sebelas ekor Rusa; empat jenis Sambar dan tujuh jenis Rusa Timor. Di sore hari, banyak warga yang berkunjung ke tempat itu. Terlebih penduduk sekitar dan kalangan mahasiswa. Bahkan tidak sedikit yang sengaja membawa wortel dan kangkung untuk memberi makan satwa yang spesiesnya hampir punah itu.

Dekan Fakultas Pertanian Unila Prof. Irwan Sukri mengatakan, penangkaran rusa tersebut didirikan pada tahun 2004 silam berdasarkan izin Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung dengan Nomor SK/izin 137/IV-K.9/1.Prl/2004.

Menurut dia penangkaran itu untuk keperluan penelitian mahasiswa setempat, jurusan kehutanan. “Ya penangkaran ini milik Unila yang dikelola oleh Fakultas Pertanian,” ujar Prof. Irwan ke harianmomentum.com, Senin (11-11-2019).

Dia menceritakan, tadinya di tempat itu ada tujuh ekor Rusa kenis Sambar. Tetapi tiga ekor mati.

"Saat itu ada rusa jenis Sambar yang mati karena terjebur ke dalam embung di tengah penangkaran tersebut, sisanya mati karena sakit," katanya. Dia menambahkan, Rusa jenis Sambar atau bernama latin Cervus Unicolor merupakan rusa asli Sumatera yang tersebar di wilayah Sumatera, Malaysia, Indo-Cina, Thailand, Burma, dan Cina serta Kalimantan.

“Rusa Sambar memiliki bobot yang lebih besar dibanding Rusa Timor. Satu ekor berat badannya bias mencapai 70 sampai 100 kilogram, serta mempunyai tanduk bercabang lebih panjang," ucapnya.

Sementara Rusa Timor atau Cervus Timorensis habitatnya tersebar di wilayah Indonesia Timur seperti Pulau Timor, Pulau Rote, Kemudian Pulau Flores dll.
"Rusa Timor memiliki bobot lebih kecil, sekitar 60 kilogram. Biasanya tanduk rusa jenis ini lebih kecil, serta lebih aktif pada malam hari (nocturnal), dan terkadang aktif pada siang hari (diurnal),” jelasnya.

Dia menambahkan, kedua jenis rusa tersebut selalu diberikan makanan berupa rumput, daun-daunan, wortel serta ubi jalar yang diberikan petugas setiap hari, pagi dan sore.
Dia mengimbau kepada pengunjung agar tidak memberi makan rusa sembarangan. Sebab, kesalahan dalam pemberian makanan dapat berimbas terhadap kesehatan satwa itu.
“Bagi pengunjung yang ingin memberi makan silahkan. Asal makanannya sesuai,” jelasnya.

Rina (32) warga Pinangjaya, Kemiling, Bandarlampung mengaku sering mengajak keluarganya berkunjung ke tempat itu. Tujuannya untuk mengenalkan jenis satwa yang dilindungi kepada anak- anaknya.

"Ya selain rekreasi sore juga untuk pengenalan bagi anak- anak tentang jenis satwa yang ada di Indonesia,” katanya. (vaw)






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos