MOMENTUM, Bandarlampung--Beradaptasi dengan kebiasaan baru di masa transisi saat ini adalah bentuk kesadaran publik yang hampir diterapkan pada semua lini kehidupan.
Secara tidak langsung juga, perlahan-lahan perubahan tersebut menjadi suatu gaya hidup / budaya di masyarakat. Mulai dari : membiasakan diri untuk berolahraga, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah beraktivitas, menggunakan masker dan hand sanitizer, mengonsumsi buah segar dan vitamin, serta beberapa perilaku produktif lainnya yang secara intens sudah dilakukan dalam rutinitas sehari-hari.
Kegiatan pariwisata merupakan sektor yang turut andil dalam menciptakan konsep berwisata dengan mengutamakan kesehatan, kebersihan, keamanan, dan kepedulian lingkungan untuk para wisatawannya. Setiap destinasi wisata diharuskan membuat tata kelola kebiasaan baru, dengan tahapan sosialisasi maupuns simulasi yang diharapkan dapat memberikan jaminan dan kenyamanan secara maksimal.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat menikmati panorama wisata disetiap destinasinya. Namun, di masa sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa dilematis publik menghadirkan berbagai persoalan yang cukup pelik, termasuk dalam kegiatan berwisata.
Mengunjungi suatu tempat baru secara langsung, dengan cara “blususkan” dimana para wisatawan dapat berinteraksi begitu dekat untuk mengenal keanekaragaman tradisi, budaya, kepercayaan serta kebiasaan masyarakatnya dikenal dengan istilah “Walking Tour”. Dikemas sebagai model berwisata modern yang cukup berbeda dari beberapa trend berwisata lain, walking tour secara khusus mengajak para wisatawan untuk menelusuri dan memahami history satu daerah dengan cara berjalan kaki yang tentu saja hal tersebut dapat dijadikan alternatif dalam menjaga kebugaran fisik di tengah kecemasan global sekarang ini.
Dibeberapa negara maju ataupun di kota-kota besar, aktivitas walking tour sudah menjadi fenomena popular karena banyak digandrungi oleh para wisatawan untuk menyelami sisi lain kehidupan masyarakat yang terkadang masih kental dengan nilai-nilai kearifan lokalnya. Tanpa meniadakan anjuran protokol kesehatan, yang menarik dari gaung walking tour itu juga diharapkan dapat mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di tanah air.
Kampanye Walking Tour oleh Kaum Muda
Pemulihan industri pariwisata pasca pandemi, dalam kenyataannya masih perlu mendapat perhatian yang kompresif dari para pemangku kepentingan maupun para pelaku wisata itu sendiri karena ada banyak destinasi wisata yang belum begitu tersorot oleh publik. Selain itu, urgensi masuknya budaya asing sesungguhnya menjadi permasalahan serius karena dapat memudarkan karakteristik bangsa Indonesia yang multikultur.
Sensasi berwisata modern saat ini mewarnai kehidupan kaum muda, salah satunya dengan kegemaran kelompok tersebut melakukan aktivitas walking tour yang secara spesifik mulai terdokumentasikan di berbagai media digital. Kaum muda direpresentasikan sebagai bagian dari unit sosial yang gencar melakukan perubahan dengan segala pemikiran, inovasi dan kreatifitasnya termasuk pada kegiatan berwisata.
Kemajuan teknologi informasi terus dimanfaatkan oleh kaum muda. Pergerakan sebuah destinasi wisata baik yang ada di perdesaan atau bahkan di pusat kota dapat di eksplorasikan, terutama dari seluk beluk dan keunikan masyarakat tradisionalnya yang terkadang belum pernah diangkat.
Kegiatan walking tour menjadi hal yang tidak biasa di setiap rutenya, potensi nilai-nilai kearifan lokal disuguhkan secara alami dengan balutan kesederhanaan serta keramah-tamahan masyarakat setempat selaku tuan rumah. Melalui metode blusukan ini juga, dapat memberikan kesadaran terhadap setiap tempat untuk lebih mematangkan persiapan destinasinya dalam menuju daerah tujuan wisata.
Seiring waktu, kampanye walking tour juga dikolaborasikan dengan trend baru berwisata yang telah digalakan oleh pemerintah, yaitu dengan konsep “Virtual Tour”. Kegiatan tersebut sesungguhnya dapat mendongkrak kesejahteraan masyarakat yang berupaya bahu-membahu optimis menghidupkan sektor pariwisata dengan mengutamakan aspek kesehatan, keamanan maupun keselamatan karena mendominasinya daya tarik berwisata seseorang maupun suatu kelompok.
Kehadiran pasar online pun menjadi referensi dalam aktivitas walking tour. Implementatif kegiatan walking tour di setiap destinasinya juga mampu memberikan peluang terhadap keberadaan agen travel tour / tour guide sebagai pihak yang menyediakan layanan jasa untuk memfasilitasi para wisatawan dalam melakukan perjalanan. Sinergi semua elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk menggagas citra pariwisata yang berkualitas di masa sekarang ini, termasuk kegiatan berwisata di daerah pinggiran sekalipun.(**)
Oleh: Dyaloka Puspita Ningrum,S.I.Kom.,M.I.Kom, penulis adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Editor: Harian Momentum