MOMENTUM, Bandarlampung--Delapan warga Desa Cinangsi, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, terlantar di Kota Bandarlampung.
Kedelapan pria itu mengaku datang dari Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan dan tiba di Bandarlampung Selasa pagi (6-4-2021).
Warga yang berprofesi sebagai buruh bangunan itu juga mengaku menjadi korban penipuan rekan kerjanya. Alasannya, selama dua bulan bekerja membangun gudang pupuk di kawasan Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan tidak mendapatkan upah.
Akhirnya mereka sepakat meninggalkan lokasi kerja dan berniat pulang kembali kampung halaman. Lantaran tidak memiliki sepeserpun uang, para pekerja bangunan itu mendatangi Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Usai itu, mereka diberi surat jalan dan difasilitasi menuju Bandarlampung. Namun, perjalanan pulang kampung tak semulus yang dibayangkan.
Tiba di Bandarlampung, Selasa pagi melalui jalur darat, rombongan ini justru ditelantarkan.
Satu dari kedelapan orang terlantar, Riswanto (53) mengatakan, sambutan dari pegawai Dinas Sosial Provinsi Lampung tidak begitu baik.
"Maksud kami kan minta bantuan ongkos buat pulang ke Sumedang, tapi malah diarahkan ke kantor polisi (Polresta)," ujar Riswanto.
Akhirnya Riswanto dan rekannya berjalan kaki dari kantor Dinas Sosial Provinsi menuju Polresta Bandarlampung. Setibanya di Polresta, mereka ditampung untuk sementara di Masjid Taqwa Bhayangkara sebelum melanjutkan perjalanan.
Riswanto menjelaskan, awalnya bersama tujuh rekannya diajak bekerja menjadi buruh bangunan di Banyuasin.
"Kita diajak kerja oleh Krisno, orang Palembang tapi pacarnya orang kampung kita juga," kata Riswanto.
Riswanto menuturkan, oleh Krisno, mereka dijanjikan upah harian Rp150 ribu untuk tukang dan Rp150 ribu untuk keneknya.
Namun kenyataannya janji tersebut tak kunjung terealisasi. Bahkan Krisno yang mengajak mereka sudah lama tidak menampakkan diri.
"Terakhir ketemu dua minggu pas awal kerja. Dari awal kerja kita hitung sudah dua bulan tanpa gaji," tutur Riswanto.
Akhirnya mereka memutuskan kabur dari lokasi kerja tersebut karena tidak punya uang dan persediaan makanan yang disediakan pun sudah habis.
"Desa apa saya gak tahu, tapi di wilayah Banyuasin. Kalau naik getek dari dermaga Ampera kurang lebih 3 jam perjalanan," kata Riswanto.
Bahkan pembawa getek juga yang menyarankan mereka untuk menemui dinas sosial agar bisa mendapatkan pertolongan.
Kasiwas Polresta Bandarlampung AKP Mutajir menyatakan kedelapan buruh bangunan dan dua orang terlantar lainnya yang berjenis kelamin perempuan sudah difasilitasi oleh petugas.
"Tadi sudah kita antar ke terminal Rajabasa, setelah kami beri makan dan ditampung di Masjid Polresta," kata Mutajir.
Mutajir mengatakan, sebelum mendatangi Polresta mereka mengaku ditelantarkan oleh Dinas Sosial Provinsi Lampung.
"Total keseluruhan ada 10 orang, 8 orang laki laki buruh bangunan dari Banyuasin mau pulang ke Sumedang. Sedangkan dua orang lagi perempuan dari Jakarta mau pulang tujuan Kepulauan Riau," jelas Mutajir.
Menanggapi tudingan tersebut, Kabid Perlindungan dan jaminan sosial dinas sosial Provinsi Lampung Maria Tamtina menyatakan mereka sudah menjalankan sesuai prosedur.
Maria membantah jika OT (orang terlantar) yang datang ke kantor dinsos tidak mendapatkan pelayanan maksimal.
"Kita layani sesuai SOP, sempat kita kasih makan tapi mungkin gak semuanya," kata Maria.
Selanjutnya, kata Maria, dinas sosial membuatkan surat asesmen estafet ke provinsi terdekat tujuan masing-masing yakni Banten dan Sumatera Selatan.
"Sebenarnya mereka cukup menunjukkan surat jalan di terminal, itu gratis karena kita sudah ada koordinasi dengan organda juga," kata Maria.
Menurut dia, terjadi kesalahpahaman sehingga 10 orang terlantar tersebut merasa tidak dilayani dengan maksimal.
"Surat asesmen itu kita arahkan untuk 8 orang ke Dinsos Banten, sedangkan dua orang perempuan itu kita arahkan ke Palembang untuk selanjutnya estafet tujuan Riau," pungkas Maria.(**)
Laporan: Ira Widya
Editor: Agus Setyawan
Editor: Harian Momentum