MOMENTUM, Jakarta -- Meski sudah mengalami kemajuan, pengelolaan sampah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Pada 2022, setidaknya masih ada sekitar 5,84 juta ton timbulan sampah yang berasal dari rumah tangga baik berupa sampah basah atau organik, dan sampah kering yang tidak terkelola.
Sampah yang menumpuk, tidak dikelola dengan baik dan terbuang ke saluran air menyebabkan penyumbatan saluran air dan menyebabkan bencana banjir. Beberapa bencana banjir yang terjadi di Indonesia karena penyumbatan saluran air oleh sampah terjadi di Bogor dan Pasuruan pada 2022 silam.
Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum peduli dengan kemana dan bagaimana sampah akhirnya bermuara. Hal ini diungkapkan oleh Miwan, pegiat Bank Sampah Kesangan di Bogor, “Banyak orang yang nyampah, tapi sedikit yang peduli.” Dalam kesehariannya, Miwan kerap melihat tumpukan sampah yang dibiarkan tidak pada tempatnya. Ia berharap masyarakat dapat tersadarkan dengan betapa pentingnya untuk meningkatkan kepedulian terhadap setiap sampah yang keluar dari pintu rumah kita.
Berkaitan dengan peran pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah, secara khusus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah. Dalam Permen ini peran bank sampah adalah melakukan kegiatan pengurangan, penanganan dan pemilahan sampah yang diinisiasi oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan anggota masyarakat.
Bank sampah menjadi salah satu solusi yang dekat dengan warga dan diharapkan bisa mengurangi timbulan sampah dari rumah tangga. Bank sampah yang bergerak dari dan untuk masyarakat diharapkan memiliki dampak yang signifikan terhadap pengelolaan sampah di Indonesia.
Namun demikian, keberadaan bank sampah tidak serta merta mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Pengelola bank sampah sempat dipandang sebelah mata seperti yang dialami Nurul dan kawan-kawan di Bank Sampah Generasi Milenial (Basagemil) di Lampuuk, Aceh Besar.
“Banyak warga yang memandang sebelah mata saat awal terbangunnya bank sampah ini. Mereka menolak bank sampah didirikan di sekitar pemukiman warga. Mereka menganggap bank sampah hanya menimbulkan tumpukan sampah seperti tempat pembuangan akhir,” ujar Nurul.
Namun dengan semangat dan motivasi kuat untuk kontribusi pada kebersihan kampung dan lokasi wisata pantai di kampungnya, Nurul dan kelompok Basagemil mampu mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah dari rumah.
Motivasi yang kuat dari anggota bank sampah untuk lingkungan yang lebih asri, adalah bahan bakar utama bagi operasional bank sampah agar tetap eksis di masyarakat. Adanya kegigihan dari masyarakat yang mulai peduli menjadi pertanda pengelolaan sampah di Indonesia menuju titik terang.
Peran bank sampah tidak terbatas pada pengelolaan sampah saja, tapi sangat penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Pegiat bank sampah harus mampu merangkul dan memberikan contoh yang baik, agar masyarakat lebih peduli dan mau mulai menabung sampah.
Rohmah, pegiat Bank Sampah Amanah Barokah di Cilacap menyatakan jika bank sampah memberikan edukasi dengan cara yang tepat, masyarakat pasti akan mau mendengar dan ikut melakukan. “Orang kan senang kalau lihat pekarangannya bersih, jadi ya kita mulai dari pekarangan bank sampah kita. Lama-lama warga itu juga ikut bersih-bersih dan belajar nabung sampah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rohmah mengatakan bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada bank sampah semata, namun pengelolaan sampah semestinya dimulai dari pintu rumah masing-masing warga.
Kepedulian terhadap permasalahan sampah juga membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan, salah satunya industri. Selagi memikirkan bisnis, industri-industri juga bertanggung jawab terhadap limbah, baik yang dihasilkan dari proses bisnis dan operasional, maupun membantu pemerintah dan masyarakat melalui berbagai cara.
Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI), anak usaha SIG yang merupakan perusahaan penyedia solusi bahan bangunan, melalui kegiatan pemilahan sampah oleh karyawan dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah dalam program bertajuk Sedekah Sampah Bersama (Sesama) dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada Senin, 5 Juni 2023.
Dalam Aksi Sesama yang diadakan serentak di lokasi-lokasi operasional SBI, terkumpul 300 kg sampah plastik, 2,006 kg sampah kertas, 48 kg sampah kaca dan 30 kg sampah logam. Keseluruhan sampah yang terkumpul merupakan hasil housekeeping dan pemilahan sampah dari rumah oleh para karyawan dan karyawan kontraktor di Pabrik Lhoknga, Narogong, Cilacap dan Tuban, serta para karyawan SBI dan karyawan perusahaan lain yang secara khusus berada di satu kawasan dengan Kantor Pusat SBI di Jakarta.
Direktur Manufacturing SBI, Soni Asrul Sani mengatakan program ini bertujuan meningkatkan kesadaran karyawan dalam pengelolaan sampah. Karyawan diajak untuk merapikan rumah dan area kerja. Sampah hasil dari bersih-bersih, dipilah dan disetorkan ke bank sampah yang beroperasi di sekitar perusahaan.
“Pemilahan sampah sebenarnya bukan hal baru. Tapi kami ingin mengajak, mengenalkan dan mendekatkan karyawan dengan bank sampah sebagai salah satu cara mengurangi timbulan sampah dari rumah maupun area kerja perusahaan. Pelibatan bank sampah dalam kegiatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, juga merupakan bentuk dukungan kami kepada bank sampah di sekitar area operasional perusahaan.” Soni menambahkan, Aksi Sesama ini selaras dengan komitmen SBI untuk mewujudkan lingkungan hidup yang bersih dan layak huni untuk "Masa Depan Yang Kita Mau".
Bergerak di bidang produksi bahan bangunan, SBI juga memiliki lini pengelolaan sampah ramah lingkungan yang dikelola oleh unit bisnis Nathabumi. Melalui Nathabumi, SBI mengelola dan memanfaatkan limbah industri dan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif untuk substitusi batu bara.
Hingga akhir tahun 2022, SBI telah berhasil menurunkan 14,5% emisi karbon atau setara 585,9 kg CO2/ton semen ekivalen berdasarkan baseline 2010, yang diperoleh dari efisiensi energi, pemanfaatan bahan baku dan bahan bakar alternatif, serta energi baru terbarukan dari sistem panel surya dan berbagai inisiatif lainnya.
Berkolaborasi bersama pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya, SBI juga menginisiasi hadirnya fasilitas pengolahan sampah perkotaan menjadi refuse-derived fuel (RDF) yang pertama di Indonesia. Berlokasi di Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah, fasilitas ini mengolah sampah domestik menjadi RDF dengan kapasitas hingga 160 ton sampah per hari, untuk dikonversi menjadi 70 ton RDF.
Penurunan emisi karbon tersebut diperoleh dari berbagai upaya perusahaan dalam mendukung perwujudan pembangunan berkelanjutan, yang berbuah pengakuan Proper Emas Tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk Pabrik Cilacap, dan Proper Hijau untuk Pabrik Lhoknga, Narogong dan Tuban.
Ramini, pegiat bank sampah di Merkawang, Tuban, berharap Program Sesama tidak hanya kali ini saja, namun bisa berkelanjutan agar menjadi pemasukan tambahan untuk organisasi bank sampah. “Sampah yang disedekahkan oleh karyawan SBI akan membantu sebagai pemasukan dan bahan untuk anggota bank sampah melakukan pelatihan agar bisa mengelola sampah di lingkungan sekitar dengan lebih baik lagi”, ujar Ramini. (*)
Editor: Muhammad Furqon