Manfaatkan Besi Rongsok, Dua Guru Asal Kalteng Ciptakan Alat Pembelah Buah Ketapang

img
Julianthie Mandasari (Guru Produktif APHP) dan Putri Apriyani (Guru Seni Budaya) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Sampit yang juga pencipta alat pembelah ketapang.

MOMENTUM, Bandarlampung--Pandai memanfaatkan peluang. Kira-kira begitu ungkapan yang tepat untuk kedua pahlawan tanpa tanda jasa asal Sampit, Kabupaten Waringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng), Julianthie Mandasari (Guru Produktif APHP) dan Putri Apriyani (Guru Seni Budaya) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Sampit.

Keduanya menciptakan alat pembelah buah ketapang dengan memanfaatkan besi bekas yang dirakit menjadi komponen alat sederhana tepat guna.

Banyaknya pohon ketapang sebagai tanaman pelindung di jalanan Kalteng juga mengakibatkan limbah biji berserakan, kedua guru ini termotivasi untuk mengolah menjadi suatu produk.

"Kebetulan di tempat kita mengajar terdapat jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian, di situ juga belajar mengolah hasil nabati termasuk bereksperimen mengolah biji ketapang. Namun yang jadi masalah adalah biji ketapang ini sangat keras bila harus dibelah dengan pisau," kata Julianthie saat ditemui harianmomentum.com di acara pameran Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) Lampung, di Pkor Wayhalim, Jumat (9-6-2023).

"Sementara kita punya produk yang namanya susu buah ketapang," imbuhnya.

Untuk memecahkan masalah itu, lanjut dia, kami mencoba memanfaatkan besi yang juga limbah di loakan dan merakitnya menjadi sebuah alat sederhana.

Putri menimpali, komponen dari alat pembelah ini 80 persen merupakan hasil dari pengolahan 3R reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi sampah), recycle (mendaur ulang).

"Selain ketapang, alat ini juga bisa digunakan untuk membelah buah pinang, kemiri, pala, dan keluak," ujar putri.

Sedangkan, untuk pembuatan alat pembelah ini ia mengklaim hanya menghabiskan 181.500 rupiah.

"Alat ini masih kita gunakan sendiri, untuk kedapannya kita akan memproduksi sesuai permintaan pesanan diharga 250 ribu," ungkapnya.

Ia berharap, alat sederhana pembelah ketapang ini dapat mengalami perbaikan desain untuk menjadi lebih efisien dan mudah digunakan. Serta dalam kegiatan GTTGN ini dapat menjadi ajang yang mampu memotivasi dan lebih mengenalkan teknologi tepat guna. 

Sementara, Kepala Bidang Pemberdayaan, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Kawasan Perdesaan dan Ketahanan Masyarakat Fathuddin Noor mengatakan, produk tersebut dirakit pada awal tahun 2023 dan sempat mendapatkan peringkat satu inovator teknologi tepat guna tingkat Provinsi Kalteng.

"Jadi pembuatan alatnya pada tahun ini, dan langsung kita lakukan seleksi tingkat provinsi pada waktu itu," kata Fathuddin.

"Harapannya kedepan kami akan terus menjadi inovator yang juga bisa mensejahterakan masyarakat. Tentunya dengan menciptakan teknologi tepat guna dengan biaya yang murah meriah tapi besar manfaatnya," harapnya.(**)






Editor: Agus Setyawan





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos