MOMENTUM, Bandarlampung--Fenomena alam el-nino mempengaruhi inflasi di Provinsi Lampung. Kenaikan (inflasi) ini dipengaruhi oleh dampak rambatan dari luasnya lahan terdampak kekeringan akibat El Nino di Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah meski pasokkan beras domestik Lampung relatif terjaga.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Perwakilan wilayah (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Budiono dalam keterangannya yang diterima harianmomentum.com, Sabtu (2-8-2023).
Dilihat dari sumbernya, inflasi pada bulan Agustus 2023 didorong oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti: beras, Sekolah Menengah Atas, cabai merah, Sekolah Dasar, dan daging ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,255 persen; 0,054 persen; 0,044 persen; 0,041 persen; dan 0,014 persen.
Kenaikan harga beras terutama disumbang oleh harga beras medium yang meningkat 5,48 persen (mtm) di penggilingan.
Lebih lanjut, peningkatan harga cabai merah dipengaruhi oleh masuknya periode tanam pada sebagian sentra produksi, terutama Lampung Selatan yang tengah mengalami defisit 242 ton, dan terdapat hambatan produksi dari sisi pengairan.
Adapun kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh meningkatnya permintaan seiring dengan penyelenggaraan kegiatan oleh Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang cukup masif di Bandar Lampung pada 24 – 26 Agustus 2023.
Sementara itu, kenaikan tarif biaya pendidikan pada Agustus 2023 sejalan dengan penerapan tarif baru pada tahun ajaran baru Semester II 2023.
Inflasi yang masih terkendali pada bulan Agustus 2023 didukung oleh deflasi pada sebagian komoditas, antara lain bawang merah, telur ayam ras, cumi-cumi, sabun detergen cair, dan diapers dengan andil masing-masing sebesar -0,049 persen; -0,026 persen; -0,019 persen; -0,014 persen; dan -0,013 persen.
Penurunan harga bawang merah disebabkan oleh berlanjutnya periode panen bawang merah di Brebes yang dihasilkan dari penanaman bulan Apr – Mei 2023. Penurunan harga telur ayam ras lebih dipengaruhi oleh harga pakan yang mulai turun sejalan dengan prognosa peningkatan produksi jagung pada triwulan III 2023 dan populasi ayam petelur yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, penurunan harga sabun detergen cair dan popok bayi dipengaruhi oleh permintaan yang relatif rendah dan terdapat penurunan harga CPO dunia, sebagai bahan baku sabun detergen, pada Agustus 2023 dibandingkan Juli 2023.
Berdasarkan data, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan Agustus 2023 tercatat mengalami inflasi 0,30 persen (mtm), meningkat dibandingkan periode Juli 2023 yang mengalami inflasi 0,05 persen (mtm), dan lebih tinggi dari rata-rata inflasi bulan Agustus pada 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat mengalami deflasi 0,18 persen (mtm).
Tingkat inflasi IHK tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang masing-masing mengalami deflasi 0,01 persen(mtm) dan 0,00 persen(mtm).
Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan Agustus 2023 tercatat sebesar 3,27 persen (yoy), sama dengan inflasi Nasional yang tercatat 3,27 persen (yoy) namun sedikit lebih tinggi dibandingkan gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang mengalami inflasi 2,98 persen (yoy).
Sementara itu, NTP Provinsi Lampung pada Agustus 2023 tercatat sebesar 110,96, meningkat 0,94 persen (mtm) jika dibandingkan dengan 109,93 pada bulan sebelumnya. Kenaikan NTP ini didorong oleh kenaikan NTP untuk Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura sejalan dengan kenaikan harga GKP dan GKG serta kenaikan harga aneka cabai.
Meski NTP Provinsi Lampung secara umum tercatat di atas 100, NTP subsektor Perikanan Budidaya masih berada di bawah 100, yaitu 99,27.
Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK gabungan kota di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 3±1 persen (yoy) sampai dengan akhir tahun 2023.
Namun demikian, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa (i) Shock aggregate demand di tengah kondisi excess liquidity dan kenaikan UMP tahun 2023; dan (ii) risiko rendahnya capaian pemulihan daya beli masyarakat yang berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi inti di kemudian hari akibat respon penurunan volume produksi pelaku usaha sebagai bentuk efisiensi.
Sementara itu dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), adalah (i) risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam, terutama pada November – Desember 2023; (ii) risiko El Nino yang tengah terjadi pada Agustus hingga bulan Oktober 2023; (iii) penyalahgunaan subsidi MinyakKita; dan (v) pendistribusian beras di Lampung yang tidak merata akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa, yang perlu dimitigasi dengan penguatan penetapan HET beras.
Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Prices (AP) yang perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu (i) fenomena kelangkaan LPG 3 kg; dan (ii) tingginya ketidakpastian supply energi Rusia dan diversifikasi energi Uni Eropa.(**)
Editor: Agus Setyawan