SEVP Operation PTPN I Regional 7: Jangan Ada Demotivasi

img

MOMENTUM, Tulungbuyut--Sejumlah perilaku, modus, dan intrik yang kerap terjadi pada oprasional lapangan penggalian produksi karet di PTPN I Regional 7 diungkap SEVP Operation Wiyoso. 

Ia menyampaikan hal itu kepada manajer, asisten kepala tanaman, dan enam asisten afdeling Kebun Tulungbuyut sebagai antisipasi agar tidak terjadi di Kebun yang berada di Kabupaten Way Kanan ini. Menurut dia, pihak yang paling tahu operasional di lapangan adalah para penyadap. Sehingga, jika berbagai tindakan tidak produktif dan mengarah kepada penyelewengan itu akan  menimbulkan kecemburuan.

"Pekerjaan kita di lapangan itu terbuka dan semua orang tahu. Jadi, kalau ada yang melakukan penyimpangan, sangat mudah bagi orang lain mengetahui. Kalau diketahui tetapi tidak ada tindakan serius untuk menghentikannya, akan ada kecemburuan. Kalau cemburu tetapi tidak punya keberanian memperbaiki, akan terjadi demotivasi. Ini berbahaya secara kolektif. Saya perintahkan jangan sampai ada dan terjadi di sini," kata dia.

Briefing Wiyoso disampaikan di sela kehadirannya pada acara Safari Ramadhan di Kebun Tulung Buyut, Kamis (6/3/25). Ia sengaja datang lebih awal dan membelasak ke kebun Afdeling II untuk menginspeksi kondisi lapangan, memberi arahan dan Solusi, serta memotivasi pekerja. Di kebun, dia memberi arahan kepada Manajer Endi Setiawan, Askep Tanaman Arnold Marpaung yang merangkap Asisten Afdeling 1, Asisten Afdeling 2 Gompar, Asisten Afdeling 3 Sugeng, Asisten Afdeling 4 Aditya, Asisten Afdeling 5 Beni, Asisten Afdeling 6 Ludi, dan Asisten Afdeling 7 Febrisen.

Tema demotivasi menjadi bahasan serius Wiyoso dengan memberi beberapa contoh kasus di beberapa Unit Kerja atau Kebun. Salah satu contok kasus yang menimbulkan kinerja menurun drastis adalah Ketika ada oknum yang mencampurkan air ke dalam cairan karet yang telah dikumpulkan dari para penyadap.

“Ini kasus di Kebun (dia menyebut nama Kebun). Semula kita sudah kampanye dan berhasil memberantas praktek curang para penyadap yang menambahkan air ke hasil sadapannya. Saat itu kualitas produksi naik sigifikan. Tetapi, ada praktek lain oleh oknum mandor yang setelah getah terkumpul di STL, ternyata diam-diam ditambah air. Lama-lama orang tahu semua. Akhirnya, para penyadap turun semangat alias demotivasi,” kata dia.

Beberapa kasus lain disampaikan Wiyoso dari temuannya selama ini. Antara lain pemalsuan daftar hadir, manipulasi angka, sikap dan perilaku mandor, hingga flexing atau kecenderungan pamer kekayaan di hadapan para pekerja. Hal itu di temukan dan terjadi di hampir semua Unit Kerja dan di hampir semua level.

Selain soal demotivasi, Wiyoso juga menyampaikan beberapa arahan teknis. Tentang pemenuhan tenaga kerja sadap yang selama ini menjadi masalah di Kebun Tulung Buyut, Wiyoso mengatakan sudah menyetujui beberapa usulan yang diajukan untuk segera dieksekusi. Ia juga meminta sebelum mendatangkan tenaga kerja dari luar, berbagai kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, moda angkutan, peralatan kerja, hingga akomodasi penjemputan.

"Apa yang diusulkan kemarin sudah saya teken, sudah disetujui. Tinggal dilaksanakan.  Atur saja teknisnya, apakah akan dijemput pakai bus, apa pakai mobil dinas, atau bagaimana. Semua kita fasilitasi, kita biayai. Kalau mereka mau bawa motor dari tempat asal, monggo kita naikkan truk secara kolektif. Intinya, semua yang dibutuhkan dalam rangka menaikkan produksi, kita jalankan," kata dia.

Wiyoso juga mengingatkan seluruh elemen untuk memanfaatkan momen harga karet yang sedang baik dan kondisi tanaman yang sedang produktif. Manajemen, kata dia, akan mendukung setiap prakarsa di operasional yang mendorong peningkatan produksi dan produktivitas.

Menanggapi beberapa pin arahan itu, Manajer Endi Setiawan menyatakan siap mengeksekusi. Soal tenaga kerja yang diperlukan, ia melaporkan sudah ada solusi dengan merekrut dan meminta batuan dari Kebun lain. Pihaknya juga sedang menyiapkan sarana dan prasarana untuk memfasilitasi tenaga kerja yang didatangkan.

"Kami sudah dapat orangnya, tetapi memang belum cukup. Di Afdeling 4 yang masih sangat kurang. Tetapi kendalanya, hampir semua meminta mulai masuk (kerja) habis (setelah) Lebaran (Idul Fitri)," kata dia. (*)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos