MOMENTUM, Bandarlampung – Forum Group Discussion (FGD) Kemitraan Multi Pihak untuk Inovasi SDGs 11 (KEM11LAU) yang digelar SDGs Center Universitas Bandar Lampung (UBL) sepakat menjadikan isu banjir sebagai fokus kolaborasi.
FGD bertema “Discussion on Results of Preliminary Survey and Site Visit” itu berlangsung di Co Working Space, Gedung Innovation Center UBL, Selasa 30 September 2025, dan mempertemukan pemerintah, akademisi, sektor swasta, media, serta komunitas.
Tim SDGs Center UBL, Aulia Rahmawati dan Aditya Mahatidanar, memaparkan hasil survei yang menyoroti tantangan perkotaan di Lampung, antara lain banjir, pengelolaan sampah, drainase, dan kawasan kumuh. Survei juga menekankan pentingnya partisipasi warga serta inovasi pengelolaan sampah dan air bersih sebagai bagian dari solusi.
Diskusi yang dimoderatori Sekretaris SDGs Center UBL, Kustiani, menghasilkan kesepakatan bahwa banjir menjadi isu prioritas karena erat kaitannya dengan tata kelola lingkungan, khususnya pengelolaan sampah, drainase, dan keterbatasan ruang terbuka hijau.
“Banjir adalah dampak dari tata kelola yang kurang baik. Edukasi pengelolaan sampah dari hulu, termasuk dengan maggot, bisa menjadi solusi sekaligus mendukung ekonomi masyarakat,” kata Ketua Solidaritas Perempuan Sebay, Reni Yuliana Meutia.
Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Febrilia Ekawati, menambahkan kebutuhan mendesak saat banjir adalah air bersih dan sanitasi. “Intervensi berupa toilet tahan iklim dan pasokan air minum darurat sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Dari sektor swasta, Forum CSR Lampung menilai bank sampah dapat menjadi pintu masuk kolaborasi. Sementara, Bappeda Kota Metro dan Dinas PKPCK Provinsi menegaskan hasil survei sejalan dengan program pemerintah, terutama terkait drainase, ruang terbuka hijau, dan budidaya maggot.
Wakil Rektor I UBL, Erry Yulian Triblas Adesta, memastikan dukungan penuh universitas untuk menjembatani kolaborasi multipihak. Hal senada disampaikan Direktur SDGs Center UBL, Fritz Akhmad Nuzir. “Dengan fokus isu banjir, kita berharap lahir langkah aksi nyata yang bisa segera dijalankan bersama mitra,” ujarnya.
FGD KEM11LAU menandai langkah awal agenda aksi bersama mewujudkan kota dan permukiman yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan sesuai target SDGs 11. (**)
Editor: Muhammad Furqon