MOMENTUM, Bandung -– PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Holding menggandeng Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) dan Center for Risk Management and Sustainability (CRMS) Indonesia untuk menguatkan komitmennya dalam pencegahan dan pemberantasan semua bentuk korupsi.
Melalui seminar yang digelar PTPN Group diharapkan dapt terus membangun budaya kerja yang bertumpu kepada integritas dan good corporate govenrnance (GCG).
Seminar yang digelar secara hybrid di Bandung, Sabtu, 4 Oktober 2025 itu dihadiri seluruh Komisaris, jajaran Direksi PTPN III, Subholding, dan Anak Perusahaan.
Sedangkan Direksi subholding PTPN I, IV dan PT. Sinergi Nusantara (SGN) mengekuti secara online.
Materi seminar dari KPK itu menjadi salah satu sesi pada agenda Rapat Komite Tata Kelola Terintegrasi di tubuh PTPN III.
Usai mengikuti seminar, Komisaris Utama PTPN I Seger Budiarjo menyatakn siap mengawal operasional tata kelola perusahaan di PTPN I. Seger mengakui, masih banyak celah yang harus diperbaiki dan tata ulang proses bisnis di perusahaan yang mengacu kepada standar operasional sebagaimana digariskan oleh KPK.
"Seminar ini membuka wawasan kita bersama tentang betapa krusialnya tata kelola yang tidak hanya sekadar formalitas, tetapi harus terintegrasi ke dalam setiap proses bisnis. Kami belajar dari KPK mengenai pentingnya sistem pencegahan korupsi yang efektif. Juga materi dari CRMS Indonesia tentang manajemen risiko yang proaktif. Kedua hal ini adalah pondasi utama untuk menciptakan perusahaan yang tangguh dan berkelanjutan," kata Seger Budiatrjo.
Sebagai nakhoda badan pengawas perusahaan (komisaris), Seger Budiarjo menyatakan PTPN I harus segera menindaklanjuti hasil seminar dengan fokus pada beberapa area kunci. Yakni, peningkatan transparansi operasional menyangkut proses pengadaan barang dan jasa, pengelolaan aset, serta pelaporan keuangan. Seluruh format pelaporan akan didesain untuk lebih transparan dan akuntabel. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan potensi penyimpangan dan menciptakan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan.
Kunci berikutnya adalah Manajemen Risiko Terintegrasi. PTPN I akan memperkuat komite manajemen risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memitigasi risiko secara menyeluruh. Tidak hanya risiko finansial tetapi juga risiko operasional dan reputasi.
"Risiko itu ada di setiap sudut bisnis kita. Dengan manajemen risiko yang terintegrasi, kita bisa lebih cepat mengambil keputusan yang tepat untuk melindungi nilai perusahaan," tambah Seger.
Selanjutnya, tambah Seger, kunci yang bersifat kultur alias budaya. Budaya perusahaan, kata dia, harus menjadi budaya setiap individu karyawan dan semua pihak yang berproses dalam sistem yang ada. Mereka, kata dia, harus memiliki niat bagi berupa integritas dan loyalitas yang tinggi terhadap visi dan misi perusahaan.
"Pada kunci penguatan budaya integritas ini, PTPN I akan meluncurkan program internal untuk menanamkan budaya integritas di seluruh jajaran, dari direksi hingga pekerja di lini lapangan. Program ini akan mencakup edukasi, pelatihan, dan pengawasan yang ketat terhadap kode etik dan standar perilaku."
Seger Budiarjo menegaskan, pengelolaan perusahaan yang baik adalah kunci untuk mencapai kinerja yang optimal. Dengan mengadopsi tata kelola terintegrasi, ia yakin PTPN I tidak hanya akan tumbuh sebagai perusahaan yang sehat secara finansial, tetapi juga sebagai entitas bisnis yang bermartabat dan berkontribusi positif bagi bangsa.
Dua pemateri utama dihadirkan untuk memberikan wawasan mendalam tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi dan manajemen risiko. Eko Marjono dari KPK memaparkan pentingnya sistem pencegahan korupsi yang terstruktur di dalam perusahaan. Ia menekankan, integritas harus menjadi budaya yang tertanam kuat, bukan sekadar aturan. Eko Marjono memberikan panduan praktis tentang bagaimana perusahaan dapat mengidentifikasi celah-celah yang rentan terhadap korupsi serta langkah-langkah proaktif untuk menutupnya.
Pemateri kedua, Antonius Alijoyo dari CRMS Indonesia, membahas strategi manajemen risiko terintegrasi. Ia menjelaskan bahwa tata kelola yang efektif adalah yang mampu mengelola risiko di seluruh aspek bisnis, mulai dari operasional, finansial, hingga reputasi. Menurutnya, tata kelola yang baik bukan hanya mencegah hal buruk terjadi, tetapi juga membuka peluang baru untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam diskusi yang berlangsung interaktif, jajaran Komisaris dan Direksi dari PTPN Group berkomitmen untuk menindaklanjuti setiap rekomendasi yang disampaikan. Fokus utamanya adalah mewujudkan tata kelola yang tidak hanya patuh pada regulasi, tetapi juga adaptif terhadap dinamika bisnis dan tantangan zaman.
Melalui seminar ini, PTPN III (Persero) menegaskan perannya sebagai pemimpin klaster yang berupaya meningkatkan standar tata kelola dan integritas di seluruh anak perusahaannya. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem bisnis yang bersih, profesional, dan mampu bersaing di tingkat global. (**)
Editor: Muhammad Furqon