Harianmomentum.com--Seratusan karyawan PTPN VII yang berusia di bawah 36 tahun mengikuti millenials Tujuh PTPN VII selama dua mulai Selasa (5-3-19). Program inisiasi dari Kementerian BUMN ini menjadi bagian dari transformasi nilai dan budaya kerja di lingkungan Kementerian BUMN dalam memasuki era IT.
Dengan busana kasual, peserta dari semua unit kerja PTPN VII mendapat materi perubahan dan mengikuti simulasi yang dipusatkan di GSG Kantor Direksi, Bandarlampung.
Millenials Tujuh dibuka Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho didampingi Sekretaris Perusahaan Agus Faroni, Kabag SDM Sultan Mare, dan beberapa pejabat utama. Sasaran dari acara ini adalah untuk menampung kreativitas pekerja kaum milenial untuk kemajuan perusahaan.
Dalam paparannya, Hanugroho mengungkap fenomena perubahan paradigma yang berlangsung dramatis dalam satu dasa warsa terakhir. Peran teknologi informasi yang tak bisa dibendung merambah dunia telah membalikkan kultur masyarakat. Kultur itu terbentuk karena teknologi menawarkan inovasi-inovasi yang mencengangkan kepada pengguna berbagai peranti teknologi.
“Teknologi dan sebaran smart phone yang tak bisa dibendung masuk ke setiap ruang privat masyarakat kita adalah mimpi buruk bagi orang-orang yang konservatif. Sebaliknya, ia hadir sebagai peluang amat luas dan mencengangkan bagi orang-orang yang terus bergerak melakukan pencarian. Dan, orang-orang itu adalah generasi milenial,” kata dia.
Dalam kontek di perusahaan, utamanya di PTPN VII, Oho, sapaan akrab M Hanugroho mengatakan, entitas usaha akan terseleksi oleh era milenial itu juga. Meski sudah memiliki sejarah panjang dengan kemapanan manajemen dan teruji oleh waktu, perubahan bagi PTPN VII untuk mengikuti zaman adalah keharusan. Transformasi, kata dia, adalah jawaban atas tuntutan zaman.
Menggunakan ilustrasi data global dan kecenderungan masa kini, Oho menjelaskan “masa depan” percaturan bisnis dan tantangannya dengan modul-modul presentasi. Ia menggambarkan, jika kita tidak berubah, maka apapun upaya akselerasi manajemen hanya akan menghasilkan residu zaman.
“Saat ini, percaturan dunia sudah berubah drastis sejak era IT menguasai dunia. Sekitar 80 persen orang di seluruh dunia mengakses informasi melalui media sosial. Mereka, termasuk saya, berinteraksi antar sesama juga dengan smart phone,” kata dia.
Perubahan ini telah memancing atau menstimulasi penduduk bumi untuk mencari peluang. Kaum milenial yang mendominasi penguasaan IT, menurut Oho, adalah kelompok umur utama yang terkontaminasi dalam konotasi positif maupun negatif.
“Saya sempat membuka data tentang kecenderungan kaum milenial menggunakan keunggulan teknologi ini. Ada 45 persen pengguna sosmed memanfaatkannya untuk menikmati musik. Ada 30 persen untuk menonton film. Masih syukur, urutan berikutnya untuk mengakses kearifan agama, yakni 28 persen. Nah, data ini kemudian digunakan oleh para pebisnis sebagai peluang,” kata dia.
Pada akhirnya, Oho berpesan kepada peserta Millenials Tujuh untuk mengubah mindset bekerja di PTPN VII dari kungkungan konvensi yang telah ada. Peluang yang dibuka oleh zaman, kata dia, harus ditangkap dengan menyesuaikan keunggulan itu bagi kemaslahatan perusahaan.
“Kita kenal Bukalapak, Go-Jek, Tokopedia, ada Ruangguru, dan lainnya. Itu adalah kreativitas-kreativitas anak bangsa dari menangkap peluang karena adanya IT yang maju. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua, terutama kaum milenial untuk juga memanfaatkan IT dengan maksimal. Zaman canggih ini harus melahirkan ide, kreativitas, memperbaiki visi, mematangkan rencana, membangun tim yang adaptif, dan lainnya,” pungkas dia.
Millenials Tujuh PTPN VII juga diisi dengan berbagai materi aktual antara lain psikologi generasi, inovasi perbaikan kinerja perusahaan, leadership, struktur dan budaya organisasi, dan human capital manajemen. Selain itu, ada field trip sambil melakukan diskusi kelompok di beberapa fasiltas di lingkungan PTPN VII.(rls)
Editor: Harian Momentum