Harianmomentum.com--Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII M. Hanugroho menekankan pentingnya makna kekeluargaan sebagai sikap dasar dalam bekerja. Seluruh karyawan harus menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.
Hal itu disampaikan Hanugroho pada Halalbihalal PTPTN VII di Gedung Serbaguna (GSG) Kantor Direksi PTPN VII di Kedaton, Bandarlampung, Rabu (13-6-2019).
Pada kesempatan itu, Oho, sapaan Hanugroho, menekankan kembali materi tausiyah Halalbihalal yang disampaikan Dr. Triono dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Dalam ceramahnya, Triono menyebutkan akronim Lima T. Yaitu, Ta’aruf atau saling mengenal, Tafahum (saling memahami), Taawun (saling menolong), Takaful (saling menjaga tanggung jawab), dan Tasamuh (tepo sliro, saling menghormati dan toleransi).
“Terima kasih Pak Ustaz telah memberi pencerahan kepada kami tentang makna terdalam kata kekeluargaan. Bagi saya, dan seharusnya bagi kita semua insan PTPN VII, makna kekeluargaan harus menjadi fondasi utama agar kita menjadi produktif bersama,” kata Oho.
Dia mengajak semua karyawan PTPN VII menguatkan rasa memiliki dengan bekerja keras dengan jujur, tulus, ikhlas. Upaya maksimal dengan landasan ketakwaan kepada Alloh SWT adalah kunci dari semua kesuksesan.
Pada bagian lain, dia menyampaikan agenda perusahaan dalam waktu dekat. Antara lain, dalam dua pekan mendatang dilaksanakan buka giling tebu di PG Cinta Manis dan Bungamayang. “Saya mengajak kita semua untuk berdoa, agar perjalanan giling 2019 ini lancar dan menghasilkan produktivitas lebih baik,” kata dia.
Sementara itu, Ustaz Triono mengatakan halalbihalal merupakan tradisi yang memiliki dimensi silaturahmi luar biasa. Meski dirayakan oleh umat muslim setelah sebulan berpuasa, halalbihalal membuka ruang untuk tasamuh atau toleransi kepada seluruh umat manusia. Sebab, kata dia, relasi kemanusiaan bersifat universal. Ini fakta bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin, kedamaian bagi seluruh alam.
Menurut dia, sebaik-baik teladan bagi kehidupan manusia adalah Rasulullah S.A.W. Al Quran sebagai kitab suci, adalah garis-garis besar haluan hidup. Dari Quran, Allah kemudian memberi mandat kepada Muhammad sebagai Rasul untuk menerjemahkan menjadi laku atau gerak operasional. Namun, karena zaman terus berubah, teladan Rasul berupa sunnah itu lebih diaktualkan oleh para sahabat dan ulama selanjutnya.
"Yakinlah, sampai kapanpun ajaran Islam akan tetap cocok dengan zaman termodern sekalipun. Mari kita teladani secara utuh, secara kaffah sesuai konteksnya," kata dia.
Menjelaskan makna 5T (taaruf, tafahum, taawun, takaful, dan tasamuh), Triono mengurai dengan berbagai contoh konkret. Ia menggambarkan PTPN VII sebagai satu keluarga besar membutuhkan 5T tersebut sebagai budaya dan etos kerja.
“Dengan sikap 5T itu, kita akan mudah menjalankan kerja sesuai tugasnya. Hubungan antarkaryawan juga akan damai dan tenteram. Dengan demikian,produktivitas secara keseluruhan juga akan maju. Kuncinya, selalu berpikir positif dan berprasangka baik. Kalau 5T ini diterapkan di PTPN VII saya yakin, PTPN VII akan jaya," katanya.
Hadir kegaitan ini, Direktur Operasional Husairi, Direktur Komersil Ahmad Sudarto, para direktur anak perusahaan, kepala bagian, manajer unit, dan karyawan. (rel).
Editor: Harian Momentum