Harianmomentum.com--Salah satu ciri bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan adalah gotong-royong. Budaya asli dari nilai-nilai nusantara ini secara turun-temurun dari generasi ke generasi tetap lestari di lingkungan budaya etnik se-Indonesia.
Hal itu disampaikan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemerintah Kabupaten Lampung Timur Tarmizi saat penutupan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XVI di Lapangan Desa Tanjungkencono, Kecamatan Waybungur, Kamis (11-7-2019).
"Gotong-royong yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sebagai bagian dari sistem nilai budaya bangsa, perlu dilestarikan secara berdaya-guna dan berhasil-guna untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Lampung Saiful Dermawan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melestarikan gotong-royong sebagai wujud kebersamaan dalam kehidupan masyarakat.
"Kita akan dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang rukun, damai, penuh kekeluargaan dan bahu membahu dalam membangun kehidupan bermasyarakat," ujarnya.
Saiful menambahkan kearifan nilai-nilai budaya lokal dalam aspek gotong royong dapat dikembangkan hingga menjadi potensi dalam pelaksanaan pembangunan.
"Untuk memanfaatkan potensi tersebut didukung dengan peningkatan sumber daya manusia, begitu juga organisasi wanita yang merupakan mitra pemerintah, diharapkan mampu menjadi motor perubahan dalam pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat," ujarnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Lampung Timur Wirham Riady mengatakan kegiatan BBGRM untuk meningkatkan kepedulian dan peran masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan berdasarkan kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat telah diselenggarakan di 264 desa di 24 Kecamatan selama satu bulan. Dimulai sejak tanggal 1 sampai 31 Mei 2019 dengan kegiatan gotong royong di beberapa bidang," katanya.
Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat dilakukan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat dengan memperoleh dukungan dan bantuan dari pemerintah, desa dan swadaya masyarakat, serta melibatkan seluruh elemen masyarakat seperti Tim Penggerak PKK, Karang Taruna, RT/RW, LPMD dan BPD. (rif).
Editor: Harian Momentum