MOMENTUM, Mekah--Musim Haji, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mampu menghasilkan Rp12 juta perhari di Arab Saudi.
Berdasarkan laporan kontributor harianmomentum.com, Rozy Alfian, di Mekkah Arab Saudi, penghasilan para TKI itu diperoleh selama adanya penghentian katering atau jasa pengiriman makanan di puncak haji.
Selama berada di Kota Mekkah sebelum jemaah Haji berangkat ke melaksanakan Tarwiyah dan juga Wukuf mengadakan dapur darurat di hotel masing-masing.
Usai melaksanakan Salat Subuh, Jemaah Haji Indonesia khususnya asal Lampung berburu sarapan pagi. Salah satunya makanan yang diserbu oleh jemaah adalah nasi uduk dan bakso dengan harga 5 Riyal atau setara dengan Rp20.000/porsi.
Sarapan pagi bagi jemaah haji ini sudah mulai banyak dijual oleh para mukimin (sebutan yang disematkan kepada pekerja Indonesia yang bermukim di Arab sebagian besar berasal dari Madura, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Untuk harga jual, relatif terjangkau. Namun jika dibandingkan harga kebiasaan di Tanah Air harganya tergolong sedikit tinggi.
Misal untuk makanan nasi uduk, nasi kuning, bakso, soto dijual seharga 5 Riyal (Rp20.000), sedangkan untuk gorengan dan jenis kue dijual dengan harga 1 Riyal.
Mukimin juga menyediakan telor rebus, kentang rebus yang dibanderol dengan harga 2 Riyal/Rp8.000.
Menurut para mukimin tersebut, setidaknya mengantongi minimal 2.500 Riyal setiap hari untuk pendapatan kotor. Dari pemasukan tersebut, dia rata-rata mendapat perharinya laba bersih sekira 1.000-2.000 Riyal atau setara dengan kira-kira Rp4-8 juta tiap harinya.
Bahkan, kalau jualan pagi dan malam maka bisa sampai Rp12 juta. "Tapi ya itu kalau katering jemaah haji dihentikan saja, kalau hari biasa tidak sampai segitu,” kata para pedagang mukimin tersebut.
Meski begitu, berjualan ala kaki lima di kawasan ini bukan tanpa tantangan. "Jika ada petugas Baladiyah, tidak jarang mereka harus main “kucing-kucingan”," ujarnya.
Adapun profesi sampingan para mukimin laki-laki adalah membadal hajikan baik jemaah haji yang meninggal di Mekkah ataupun para jemaah yang ingin membadal hajikan keluarganya.
Ada juga yang bejualan atau mengurus DAM para Jemaah Haji, yang pasti para mukimin yang mencari rejeki tambahan di musim haji mayoritas mendapat hasil yang cukup besar.
Berbeda dengan perihal membeli makanan untuk dua hal ini para Jemaah Haji diharapkan jeli karena sebagian orang memanfaatkannya untuk sekedar meraup keuntungan seperti satu hewan disembelih dengan nama lebih dari satu jemaah dan ada juga yang disembelih sebelum tanggal 10 dan daging hewan tidak dibagi akan tetapi dijual.
Begitu pula untuk proses Badal Haji, ada orang Membadal Hajikan untuk banyak jemaah sekaligus oleh satu orang.
Ustaz dari Universitas Islam Madinah menyarankan untuk masalah Dam jika tidak bisa menyembelih sendiri, Dam di setor saja ke Bank Al-Rajhi dan untuk dadal haji hendaklah dicarikan orang yang kenal ataupun dikenal amanah.(rozy)
Laporan kontributor Harian Momentum di Arab Saudi, Rozy Alfian.
Editor: Harian Momentum