MOMENTUM, Bandarlampung--Meski mencatat deflasi sebesar 0,58% (mtm) pada Mei 2025, Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Provinsi Lampung mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai risiko inflasi yang bisa terjadi di paruh kedua tahun ini.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Junanto Herdiawan dalam keterangannya, Selasa (3-6) menegaskan, sejumlah faktor dapat mendorong tekanan inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
“Inflasi inti perlu diwaspadai, terutama dari sisi peningkatan permintaan agregat akibat naiknya UMP sebesar 6,5%, serta dari kenaikan harga emas global yang dipicu ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter global,” kata Junanto.
Dari sisi Volatile Food, risiko datang dari potensi kenaikan harga beras pasca berakhirnya panen raya dan dampak musim kemarau yang dimulai Juni ini. Sementara dari Administered Price, perhatian tertuju pada potensi kenaikan harga BBM akibat dinamika perdagangan internasional pasca Juli 2025.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut Junanto, BI Lampung dan TPID telah merumuskan langkah penguatan melalui strategi, di antaranya dengan melakukan operasi pasar yang lebih terarah untuk menjaga keterjangkauan harga, perluasan Toko Pengendalian Inflasi dan kerja sama antar daerah untuk menjamin pasokan, penambahan armada transportasi untuk memperlancar distribusi, serta peningkatan komunikasi dengan media dan masyarakat untuk menjaga ekspektasi harga tetap positif.
“Langkah antisipatif harus diperkuat agar tekanan inflasi dapat diredam sejak dini. Stabilitas harga adalah fondasi penting bagi daya beli masyarakat,” ujar Junanto.(**)
Editor: Agus Setyawan