MOMENTUM, Bandarlampung--Satu pesenam Aerobik Lampung Latifatur R Aziz berhasil lolos ke Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua pada 2020.
Latifatur berhasil lolos setelah meraih medali perak pada ajang Prakualifikasi PON di Parung Bogor pada 19 Desember. Sementara untuk medali emas diraih pesenam Jakarta, dan perunggu pesenam Jawa Timur.
Lolosnya Latifa, menggenapi jumlah pesenam Aerobik Lampung yang bakal berlaga di PON Papua menjadi delapan orang.
Sebelumnya Lampung telah meloloskan 7 pesenam: Senam Artistik ada Meiyusi Ade Putra dan Rafli, di Senam Ritmik beregu telah meloloskan Sutjiati Kelanaritma Narendra, Tri Wahyuni, dan Febila Sintia Putri, dan di nomor Aerobik berpasangan Umi Haryani dan Denda Firmansyah.
Para pesenam Lampung itu ditangani masing-masing oleh Yuli Yanti dan Rinawati untuk beregu Ritmik, kemudian Yudo Martopo menangani Artistik Putra dan Aerobik ditangani Hasannudin.
Menurut Yuli, lawan terberat Lampung di PON adalah DKI, Jawa Timur dan Jawa Barat. “Di tiga daerah ini mempunyai stock pesenam yang bagus dan regenrasinya juga sangat baik. Kita selalau bersaing dengan daerah-daerah unggulan ini,” kata Yuli yang saat menjadi atlet selalu mendulang medali emas senam Ritmik di 4 PON berurutan.
Meski demikian, dia meyakini pembinaan para atlet di Lampung sebenarnya tergolong cukup baik. “Senam di Lampung sudah bagus dalam pembinaannya. Pembinaan jalan terus walaupun apa yang terjadi. Namun soal regenerasi prestasi memang perlu waktu. Gak mudah," jelasnya.
Dia menegaskan pesenam di Lampung cukup banyak yang potensial, dan terus memerlukan perhatian yang serius dalam pembinaan berjenjang.
"Banyak kalau bibit atlet berbakat. Tetapi kan terus diperlukan sentuhan pembinaan yang benar. Regenerasi sangat banyak jalannya. Namun kalau soal prestasi kan perlu waktu pematangan yang tidak sebentar,” ujarnya.
Dia berharap KONI Lampung bisa turut berpartisipasi dalam pembinaan para atlet senam. Karena untuk menjadi pesenam itu memerlukan jalur panjang.
“Ya sebenarnya pesenam itu produk atlet yang jalurnya panjang. Jadi paling tidak mempunyak empat lapis pembinaan yaitu di usia dibawah 10 tahun, pre Junior, Junior dan Senior. Nah ini kan perlu biaya besar dan dukungan KONI yang maksimal," terangnya. (red)
Editor: Harian Momentum