MOMENTUM, Bandarlampung--Empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) belajar jurnalistik ke Kantor Redaksi Harian Momentum, Jalan Imam Bonjol Nomor 41, Bandarlampung, Selasa (28-1-2020).
Mereka adalah Manrina Dhanis Anggraini, Aulia Fitri Khairina, Septia Ningsih dan Periyansah. Didampingi Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UML Nur Islam. Mereka ingin mendalami soal ilmu jurnalistik. Antara lain: penulisan berita dan teknik wawancara yang baik.
Kedatangan mereka langsung disambut Pemimpin Redaksi Harian Momentum Andi S Panjaitan, Redaktur Pelaksana Munizar dan Redaktur M Furqon.
Nur Islam mengatakan selama ini mahasiswanya hanya mendapatkan materi jurnalistik di kampus. Tetapi belum pernah praktik langsung ke lapangan.
"Maksud kedatangan kami agar para mahasiswa UML lebih mengerti lagi tentang dunia jurnalistik. Jadi tidak hanya seminar saja, tetapi bisa langsung turun ke lapangan," jelasnya.
Dia juga mengapresiasi harianmomentum.com yang berhasil masuk lima besar media online di Lampung. "Artinya bisa dibilang masih baru, tetapi mampu bersaing dengan media lainnya yang telah lama berdiri," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Andi S Panjaitan juga mengapresiasi kedatangan mahasiswa UML ke kantor Redaksi Harian Momentum.
"Alhamdulillah media online harianmomentum.com masuk lima besar dalam peringkat Alexa. Terima kasih juga atas kunjungan dari UML," kata Andi.
Andi menceritakan secara singkat sejarah Harian Momentum kepada Nur Islam dan para mahasiswa UML. "Awalnya harianmomentum.com berdiri pada 9 Februari 2017. Kemudian, pada Mei 2017 Harian Momentum pertama kali cetak, sebagai koran. Sekarang sudah memasuki tahun ketiga," tuturnya.
Dia mengatakan Harian Momentum mengambil tagline "Informasi Politik dan Pembangunan". "Untuk komposisi beritanya sama, hanya memang kita fokuskan ke politik dan pembangunan," tuturnya.
Sementara, Munizar menjelaskan tentang teknik penulisan berita, teknik wawancara, dan seluk-beluk wartawan melakukan proses peliputan.
Tentang teknik wawancara, dia menjelaskan, wartawan harus menguasai masalah. Ketika seorang wartawan menguasai masalah, tentu saja akan mudah untuk bertanya kepada narasumber.
"Kuasai dulu masalahnya, maka pertanyaan itu akan berkembang. Jawaban narasumber akan menjadi pertanyaan untuknya," ujarnya.
Sebaliknya, jika seorang wartawan tidak menguasai masalah, maka pertanyaan yang disampaikan menjadi monoton. "Pasti pertanyaan akan monoton, tidak berkembang. Kalau bawa 10 pertanyaan, ya hanya itu saja yang ditanyakan," jelasnya.
Karena itu, dia menegaskan wartawan harus memiliki wawasan yang luas. "Syarat utama menjadi wartawan itu adalah berwawasan. Kalau anda memiliki wawasan dan mengikuti perkembangan informasi, maka sudah menang satu langkah," terangnya.
Selain itu, menurut dia, perlu ada kedisiplinan terhadap waktu dan mental dari seorang wartawan. "Tanpa mental dan disiplin maka akan percuma," ujarnya.
Senada, M Furqon mengharapkan mahasiswa UML tidak hanya bisa secara teori saja tentang jurnalistik, tetapi praktik pun mampu dikuasai.
Sehingga, mereka bisa mengaktifkan pers kampus. Bahkan, mampu menjadi inisiator. "Coba aktifkan pers kampus. Tapi sajikan berita-berita yang menarik minat pembaca," kata Furqon.
Meski demikian, menurut dia, perlu ada keseriusan dari pihak kampus dan mahasiswanya. "Dukungan dari kampus itu sangat penting untuk mengaktifkan pers di sana," ujarnya. (adw)
Editor: Harian Momentum