MOMENTUM-- Patah satu tumbuh seribu. Mungkin peribahasa itu tidak lagi relevan
dengan kondisi tenaga kesehatan saat ini.
Sebab, hingga awal September 2020, tercatat sudah seratusan nyawa dokter
melayang karena corona virus disease 2019 (Covid-19).
Mereka gugur dalam perjuangan mengobati para pasien yang terjangkit virus asal negeri China itu.
Padahal, untuk menciptakan satu orang dokter dibutuhkan waktu paling cepat empat tahun. Tiga setengah tahun bagi yang memiliki otak super cerdas.
Itu dari segi waktu. Kita belum membahas soal biaya kuliah yang harus dikeluarkan mahasiswa kedokteran selama menimba ilmu di kampus.
Konon, biayanya bisa mencapai ratusan hingga miliaran rupiah agar bisa meraih gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Nilai itu belum termasuk jika menjadi dokter spesialis.
Jadi bisa dibayangkan, sudah berapa nilai aset bangsa ini yang terbuang atas kematian seratusan dokter tersebut.
Prihatin? Tentu iya. Karena tidak semua orang pintar memiliki banyak uang untuk kuliah. Pun sebaliknya, tidak banyak orang berduit yang memiliki kecerdaasan tinggi.
Namun saya jauh lebih prihatin melihat perilaku manusia yang seenaknya memalsukan gelar dokter. Bagi pembaca yang memiliki akun sosial media (Sosmed) tentu sudah mengerti apa yang saya maksud.
Belakangan ini, banyak sekali nama akun yang memakai embel- embel dokter. Terutama di Instagram.
Biasanya, foto profil yang digunakan identik dengan wanita cantik, seksi serta menggoda. Sekilas, tidak ada yang salah dalam akun itu.
Tapi jika bio datanya diperhatikan dengan seksama, anda akan terperangah. Terlebih, postingan yang mereka bagikan di beranda.
Hampir semua produk yang dipromosikan berkaitan dengan urusan selangkangan. Mulai dari obat penambah stamina pria. Obat pembesar kelamin. Ramuan pembesar payudara dan lain sejenisnya.
Saya rasa, sudah seharusnya pihak berwenang membasmi keberadaan akun dokter gadungan itu dari dunia maya.
Mereka sudah banyak mengambil keuntungan pribadi maupum kelompok atas profesi palsu yang digunakan.
Jangan sampai, nilai- nilai perjuangan mulia dan pengabdian "dokter sungguhan" ternodai karena ulah mereka yang tak jauh dari urusan selangkangan. Dasar, dokter gadungan..!!! Tabikpun. (**)
Editor: Harian Momentum