MOMENTUM, Jatiagung--Masyarakat maupun pemerintah diminta waspada dan mempersiapkan diri menghadapi memasuki musim hujan yang terjadi saat ini.
Alasannya, Dosen Program Studi Sains, Atmosfer, dan Keplanetan (SAP) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Lampung, Alvin Pratama mengungkapkan curah hujan akan tinggi ditambah efek fenomena La Nina.
Khusus wilayah Lampung, Alvin menyebut hasil pemantauan stasiun meteorologi di taman alat UPT MKG Itera, total curah hujan pada Oktober 2020 sudah masuk kategori menengah dengan jumlah 112,6 mm.
Hal tersebut, mnurut dia berpotensi akanterus mengalami peningkatan curah hujan, terutama menjelang pergantian tahun .
"Pemerintah, masyarakat maupun stakeholder terkait bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi seperti curah hujan ekstrem, bencana hidrologi seperti banjir, longsor, angin kencang, dan lain sebagainya," ungkapnya.
Alvin menjelaskan fenomena La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu permukaan laut di Pasifik ekuator bagian timur dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia.
Kondisi itu menyebabkan meningkatnya suplai uap air untuk pertumbuhan awan hujan dan meningkatkan intensitas curah hujan di wilayah Indonesia.
“Pada akhir tahun 2020 hingga awal 2021, potensi terjadinya intensitas curah hujan tinggi di beberapa wilayah di Indonesia sangat besar. Hal ini juga didorong dari hasil pengamatan anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik yang menunjukkan adanya fenomena La-Nina,” terang Alvin dengan keahlian di bidang Meteorologi Lingkungan.
Potensi kejadian La Nina ini juga didukung dari hasil simulasi yang dilakukan BMKG dan beberapa pusat layanan iklim dunia. Dari hasil tersebut diperkirakan bahwa kejadian La Nina dapat terus berkembang hingga mencapai intensitas moderate pada akhir tahun 2020 dan diperkirakan mulai meluruh pada bulan Februari dan berakhir sekitar Maret-April 2021.
Lanjut Alvin, menyampaikan posisi Indonesia secara geografis memiliki karakter yang unik karena berada di antara benua Asia dan Australia; Samudera Hindia dan Samudera Pasifik; terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur; dilalui garis khatulistiwa; serta dikelilingi oleh lautan yang luas. Akibatnya wilayah Indonesia memiliki tingkat keragaman cuaca dan iklim yang tinggi.
"Dinamika iklim di Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai fenomena global seperti ENSO (El Nino Souther Oscillation) dan IOD (Indian ocean dipole); fenomena regional seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, ITCZ (Inter tropical convergence zone); dan faktor lokal yang disebabkan karena topografi daratan Indonesia yang terdiri dari pegunungan, lembah, dan banyak pantai," katanya. (*)
Laporan: Alfanny
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum