MOMENTUM, Bandarlampung--Media sosial mungkin sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat di era teknologi canggih saat ini. Terutama generasi milenial.
Bagi generasi milenial, medsos bukan sekedar sarana intraksi sosial dan hiburan. Lebih dari itu, menjadi sarana pencarian jati diri dengan selalu mengetengahkan esksistensi aktifitas melalui akun medsos: facabook, instagram, tik tok dan twiter.
Generasi milinial rela jauh-jauh dan bersusah-susah mengunjungi berbagai destinasi wisata,hanya untuk berburu spot foto menarik atau instagramable. Semua demi mendukung eskistensi di akun medsos.
Nah, untuk generasi milenial di Kota Bandarlampung, sekarang tak perlu jauh-jauh lagi mencari spot foto yang instagramable. Datang saja ke obyek wisata Bukit Sakura.
Di obyek wisata yang berlokasi di Kelurahan Langkapura, Kecamatan Kemiling itu, tersedia berbagai spot foto yang instagramable banget deh. Nuansa mancanegara pun bisa kita dapatkan di sana.
Hanok rumah tradisional Korea
Untuk menuju Bukit Sakura bisa ditempuh dengan sepeda motor atau mobil. Dari pusat Kota Bandarlampung, waktu tempuhnya hanya lebih kurang dari 30 menit. Rute paling mudah, dari Jalan RA Kartini menuju Jalan Imam Bonjol. Dari Jalan Imam Bonjol kita menuju arah Kemiling. Setelah lebih kurang 4 kilometer, belok kiri menuju Jalan Batu Kalam.
Jalan Batukalam kondisinya tidak terlalu lebar. Ya, miri-mirip jalan kampung gito. Sebagai jalan memang sudah beraspal mulus. Sebagian lagi masih berupa jalan tanah, agak berbatu. Setelah beberapa ratus meter, medan jalan mulai menanjak. Lumayan sih, agak terjal. Meski begitu, nuansa sejuk alam pedesaan menjadi sensasi tersendiri selama menempuh perjalanan menuju Bukit Sakura.
Setelah lebih kurang 10 menit, kita sampai di gerbang Bukit Sakura. Gerbangnya berornamen bangunan ala Jepang dan bertuliskan "yookoso" yang berarti “Selamat Datang."
Kincir angin ala negeri Belanda
Oh iya, hampir lupa. Bukit Sakura buka setiap hari, mulai pukul 09.00 sampai 21.00 WIB. Harga tiketnya hanya Rp10.000 per orang. Bagi yang membawa kendaraan, dikenakan tambahan Rp10.000 untuk mobil dan Rp5.000 untuk sepeda motor.
Suguhan photobooth karakter wanita berpakaian tradisional Jepang akan menjadi spot foto pertama saat menjejaki objek wisata Bukit Sakura. Tidak jauh dari situ, ada sebuah monumen batu besar bertuliskan Bukit Sakura. Dibaliknya, terdapat panggung besar yang berornamen bangunan tradisional Jepang. Bagi yang hobi bernyanyi atau sekedar ingin menyalurkan bakat di bidang tarik suara, pengelola menyiapkan fasilitas orgen tunggal.
Tidak perlu bingung untuk mencari spot-spot menarik lainnya di Bukit Sakura. Pengelola telah menempatkan plang informasi spot-spot menarik yang menjadi unggulan objek wisata tersebut, antara lain: jembatan dengan latar pemandangan kota, ayunan kayu, kolam ikan dengan kincir air, dan taman bunga.
Bukan hanya nuansa Jepang, di Bukit Sakura juga ada bangunan berornamen Korea dan Belanda. Konsep pengelolaan objek wisata Bukit Sakura memang menggabungkan nuansa tiga negara.
Korea dengan rumah tradisional hanok. Belanda dengan kincir anginnya dan Jepang dengan pohon sakuranya. Sayang, saat ini pohon sakura sedang tidak berbunga. Untuk menyaksikan bunga sakura yang mekar, sebaiknya kita datang pada bulan Maret sampai Juni.
Kita juga bisa berfoto mengenakan pakaian tradisional dari ketiga negara tersebut. Cukup merogoh kocek Rp35.000 untuk menyewa hanbok pakaian tradisional Korea. Begitu juga untuk sewa kimono Jepang. Kalau untuk sewa kadedracht pakaian tradisional Belanda, harganya sedikit berbeda. Kita dikenakan tarif Rp40.000.
Memang perlu sedikit usaha untuk mendapatkan sensasi spot foto ala tiga negara tersebut. Maklum, letak spot fotonya agak berjauhan dan harus ditempuh melalui medan yang menanjak dan menurun seperti perbukitan. Tapi tidak perlu khawatir, kalau lelah berpindah-pindah spot foto, kita bisa beristirahat di gazebo yang tersedia.
Jadi tidak perlu ke luar negeri untuk merasakan sensasi ala Korea, Belanda, dan Jepang. Cukup datang ke Bukit Sakura. Kita bisa eksis di medsos dengan nuansa tiga negara sekaligus. (**)
Laporan: Ashri Fadilla
Editor: Munizar
Editor: Harian Momentum