MOMENTUM--Sudah hampir satu pekan Walikota dan Wakil Walikota Bandarlampung Eva Dwiana - Dedi Amrullah menjabat.
Keduanya langsung menjalankan peran masing-masing. Hari pertama, Dedi langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Gedung Satu Atap Pemkot Bandarlampung.
Sedangkan Eva, kunjungan kerja ke Brigif 4 Marinir di Piabung, Padangcermin Kabupaten Pesawaran. Selanjutnya, rapat bersama kepala organisasi perangkat daerah (OPD).
Selayaknya kepala daerah baru. Tentu aktif turun ke lapangan. Tinjau sana- sini. Resmikan ini dan itu.
Oh iya, hampir lupa. Buat bunda Eva dan pak Dedi saya ucapkan selamat atas dilantiknya sebagai pasangan pemimpin Bandarlampung yang baru.
Tentu tidak mudah dalam melanjutkan pembangunan di kota ini. Sebab, banyak sekali pekerjaan rumah (PR) yang ditinggalkan walikota terdahulu.
Terutama dalam mengatasi banjir. Karena, setiap hujan melanda, sejumlah jalan dan lingkungan selalu menjadi langganan banjir.
Genangan air seolah menjadi penghias jalan-jalan utama. Contohnya semalam. Ruas jalan Yos Sudarso yang menghubungkan kecamatan Bumiwaras--Panjang juga ikut tergenang.
Drainase di sepanjang jalan tersebut tak mampu menampung debit air yang berasal dari curah hujan. Padahal cuma beberapa jam.
Padahal jalan tersebut merupakan akses utama yang banyak dilintasi pengguna jalan. Parahnya, insiden tersebut terus berulang sejak lama. Bukan baru kali ini saja.
Sebagai pemimpin baru, Eva-Dedi harus segera mengatasi persoalan tersebut. Jangan sampai masyarakat menilai anda gagal hanya karena tak mampu mencarikan solusi.
Wajah kota sudah cantik. Sejumlah taman juga sudah tertata rapi. Fasilitas kantor dan gedung- gedung pemerintahan sudah megah.
Jangan sampai wajah kota ini seperti cewek dempulan. Terlihat cantik jika dirias. Tapi hancur bila tidak dilapisi bedak.
Membangun kota ini tidak cukup hanya dengan pencitraan, tetapi butuh kerja kongkrit.
Tentu semua berproses. Tidak ada yang instan. Sebagai pemimpin baru pasti anda berdua sudah memikirkan solusinya. Saya yakin itu.
Kalau boleh berkata jujur. Bandarlampung ini sudah indah. Tapi sayang, kurang terawat.
Ibarat kata pepatah, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Jangan sampai pembangunan yang sudah banyak dilakukan pemimpin terdahulu rusak hanya karena persoalan banjir. Tabikpun. (**)
Oleh: Agung DW
Editor: Harian Momentum