Kartini dan Pendidikan Perempuan

img
Gokhan

MOMENTUM, Yogyakarta--Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan judul buku yang merepresentasikan pemikiran R.A Kartini melalui kumpulan surat-suratnya dan akan langgeng selamanya.

Setiap tanggal 21 April, kita akan selalu mengenang kembali semua perjuangan R.A Kartini. Tidak cukup dengan hanya dikenang saja, kita perlu mempelajari dan meneladaninya. 

Salah satu isi surat R.A Kartini kepada N.V.Z yang dimuat di Kolonial Weekblad yaitu “Bukan tanpa alasan orang mengatakan kebaikan dan kejahatan dimulai anak bersama air susu ibu. 

Alam sendirilah yang menunjuk dia untuk melakukan kewajiban itu. Sebagai Ibu, dialah pendidik pertama anaknya ” (Dri Arbaningsih dalam bukunya Kartini Dari Sisi Lain : Melacak Pemikiran Kartini Tentang Emansipasi Bangsa).

Seorang ibu merupakan pendidik pertama bagi seorang anak. Kartini menggambarkan akar dari tindakan seorang anak di masa depan adalah pembelajaran yang diberikan oleh seorang ibu.

Lanjutan isi surat kartini sebelumnya :“Dan bagaimana sekarang ibu-ibu jawa dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak terdidik? Peradaban dan kecerdasan bangsa Jawa tidak akan maju dengan pesatnya, kalau perempuan dalam hal itu terbelakang”

Dapat kita simpulkan, R.A Kartini mengatakan bahwa seorang perempuan wajib terdidik dan seorang ibu yang terdidik wajib mendidik anaknya. Artinya penting untuk kita memperhatikan pendidikan perempuan dimulai dari lingkup keluarga. 

Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka peradaban dan kecerdasan bangsa akan cenderung stagnan dan bahkan tertinggal. 

Mencetak Perempuan Terdidik

Dewantara (1961) memperkenalkan Tri Sentra Pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Untuk dapat mencetak perempuan terdidik, maka perlu dimulai dari lingkungan keluarga.

Dorongan untuk mendidik anak harus dimulai dari keluarga. Orang tua perlu mendorong anaknya terutama perempuan untuk bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin. Akan lebih bagus jika para orang tua di Indonesia semuanya dapat menempuh pendidikan tinggi karena dapat memacu anaknya. 

Status pendidikan memang tidak menjamin kualitas pendidikan, akan tetapi bagi perempuan, relasi kuasa sangat penting untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual. Perempuan yang tidak berpendidikan atau punya pendidikan yang rendah akan sangat rentan mengalami kekerasan seksual. Dominasi kuasa yang biasanya di pegang oleh laki-laki mengkhawatirkan bagi perempuan karena dalam beberapa kasus laki-laki terkadang menyalahgunakan kuasanya. 

Selain itu, status pendidikan tinggi yang dimiliki perempuan dapat membuka peluang yang lebih besar untuk perempuan dapat berpartisipasi di sektor publik. Perempuan dapat masuk ke dalam ranah pemerintahan akan sangat mungkin untuk bisa memodifikasi kebijakan yang tidak memihak perempuan atau bahkan merugikan perempuan. 

Karena itu, penting bagi setiap keluarga di Indonesia yang memiliki anak terutama perempuan untuk dapat mendorong dan mengupayakan yang terbaik agar anaknya dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. 

Khawatir perlu, akan tetapi tidak perlu berlebihan sampai ada beberapa orang tua yang tidak mengizinkan anak perempuannya menempuh pendidikan di tanah orang (merantau).  

Perlu Apresiasi Pemerintah

ketika lingkup keluarga sudah berhasil mendorong anaknya yang perempuan untuk bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin, maka pemerintah Indonesia juga perlu memberikan dorongan. 

Perempuan perlu diberikan akses dan juga kesempatan yang sama dengan laki-laki. Program dan kebijakan pemerintah yang berfokus pada peningkatan kompetensi perempuan perlu dioptimalkan. 

Xelain itu, pemerintah juga perlu mengapresiasi pekerjaan reproduktif perempuan. Sebagai perempuan, ada masa dimana ia akan melahirkan anak. Perempuan yang bekerja tentunya butuh waktu untuk cuti ketika mengandung. Produktivitas perempuan memang penting, keterlibatan perempuan di sektor publik juga perlu didorong, akan tetapi pemberian hak perempuan juga perlu diperhatikan. 

Pemerintah perlu menyisir dan merapikan kembali instansi yang tidak memberikan hak tersebut.

Pada intinya pekerjaan reproduktif sama pentingnya dengan produktivitas perempuan. Seorang anak butuh kasih sayang, perhatian, dan teladan dari orang tua terutama dari seorang ibu. 

Sebisa mungkin pemerintah memberikan ruang agar perempuan punya waktu untuk mendidik anaknya sendiri. Kesadaran akan pentingnya pendidikan keluarga terutama bagi anak perempuan perlu ditingkatkan lagi di Indonesia. Keberhasilan mendidik anak perempuan di rumah akan sangat berdampak besar bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Sekolah saja tidak cukup untuk membentuk pikiran dan perasaan manusia, rumah pun harus turut mendidik” (Dri Arbaningsih, 2005). (**)

Penulis: Gokhan Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos