MOMENTUM, Semarang--Hari ini 23 April 2021 kita memperingati Hari Buku Sedunia. Hari dipromosikankannya daya cinta akan sastra.
Tidak lupa ada satu poin penting yang menjadi ruh mendasar dari momentum tersebut yang terkadang terselip dalam peringatan. Padahal, Hari Buku bukan sekadar seremoni upacara perayaan. Lebih dari itu, esensi besar sebuah buku adalah sebuah kata, Baca.
Tidak dapat dipungkiri, "membaca" sudah tidak asing lagi di pendengaran kita. Sebagian kita dalam menjalani rutinitas sehari-hari tidak terlepas dari membaca. Mulai dari membaca di media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, booklet maupun membaca secara langsung di media digital dengan perantara platform yang semakin canggih, seperti:Google, Yahoo dan sebagainya.
Membaca termasuk ke dalam serangkaian literasi. The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebut bahwa membaca dan menulis adalah seperangkat keterampilan nyata dalam literasi. Ibarat pepatah, membaca adalah membuka jendela dunia.
Dari membaca, seseorang akan mendapatkan pelbagai informasi dan wawasan pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui. Namun, perlu kita ketahui bahwa di negara Indonesia yang infrasrukturnya sangat mendukung masyarakat untuk membaca, justru berada dalam lingkaran negara-negara minus literasi.
Coba kita bandingkan negara Indonesia dengan negara yang lain. Tidak perlu jauh-jauh, negara Malaysia yang notabenenya masih serumpun dengan Indonesia menjadi Ibu Kota Buku Dunia tahun 2020, menurut UNESCO dan Negara Jepang tercatat menjadi negara dengan tingkat literasi yang tinggi. Miris memang.
Padahal, membaca memberikan pengaruh yang dahsyat terhadap perkembangan peradaban manusia. Melalui sebuah kata dari Tuhan Sang Maha Pencipta yang disampaikan kepada Muhammad SAW yaitu dalam al-Qur'an surat al-Alaq ayat pertama: "Bacalah", kita dapat keluar dari jeratan masa lalu kelam menuju masa yang lebih terang.
Sejatinya, inilah esensi peringatan Hari Buku Sedunia. Berkaca dari besarnya pengaruh membaca bagi keberlangsungan hidup umat dan bangsa, membaca menjadi hal urgen yang selayaknya kita ingat dan resapi. Hati kita harus senantiasa tergerak untuk kembali menyadari akan arti penting membaca.
Jangan sampai perayaan ini berlalu begitu saja tanpa makna. Sebab, membaca mengajarkan kita bagaimana mengetahui alam berproses, mengajarkan kita untuk bisa berkembang menuju perbaikan yang lebih baik dan lain sebagainya. Wallahu a'lam bi al-shawab. (**)
Penulis: Wahyuni Ti Ernawati (Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang, Peneliti di Lembaga Pers Mahasiswa Semarang)
Editor: Harian Momentum