MOMENTUM, Krui--Selasa 27 April 2021. Hari itu, Agus Istiqlal menerima penyerahan tugas sebagai Bupati Pesisir Barat dari Bambang Sumbogo selaku penjabat bupati.
Sehari sebelumnya, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mewakili Menteri Dalam Negeri melantik pasangan Agus Istiqlal-Zulqoini Syarif sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Barat periode 2021-2024.
Kedua momen tersebut menandai berakhirnya konflik politik di Kabupaten Pesisir Barat, pasca pilkada akhir tahun 2020 lalu. Semoga? Itu harapanku dan juga mungkin harapan seluruh masyarakat Pesisir Barat.
Harus diakui, gesekan politik selama proses tahapan pilkada, telah banyak menyita energi dan waktu, seluruh elemen di Kabupaten Pesisir Barat.
Mereka yang sedikit melek politik, seolah jadi agen propaganda. Membentuk opini publik, untuk menyerang salah satu pasangan calon peserta pikada. Jurusanya, komentar nyinyir dan kabar hoak yang berseliweran di media sosial.
Paling banyak diserang, tentu saja pasangan calon petahana—Agus Istiqlal dan Zulqoini Syarif.
Serangan dengan komentar miring dan kabar hoak, tidak hanya terjadi pada tahapan pilkada saja. Namun, terus berlanjut hingga Mahkamah Konstitusi memutuskan proses hukum sengketa hasil pilkada.
Jujur aku bosan sekali dengan suasana tersebut. Beruntung, Udo Lal—begitu sapaan akrabku pada Agus Istiqlal, tak pernah menanggapi kabar hoak dan komentar nyinyir terhadapnya, secara berlebihan.
Bahkan, saat diserang hoak yang menyebutnya ditangkap KPK. Dia hanya menyangkal. "Nggak benar itu. Saya sedang di Bandung jenguk anak," kata Udo Lal saat itu, menjawab konfirmasiku terkait kabar penangkapan KPK itu.
"Biar saja. Niat sayakan hanya untuk membangun Pesisir Barat. Bukan untuk kepentingan kelompok, apa lagi pribadi. Nggak perlu ditanggapi berlebihan. Anggap saja sedang ada badai. Namanya badai, pasti ada saatnya berlalu," ungkapnya penuh makna.
Perkataan Udo Lal, mengingatkanku pada pepatah dalam bahasa Lampung: Khepa Ulah, Kheno Ulih. Maknanya, bagaimana perbuatan, begitulah hasil yang dipetik.
Sekarang perkataan Udo Lal dan makna pepatah itu terbukti. Badai mereda. Pesisir Barat sekarang punya bupati dan wakil bupati definitif. Bupati dan wakil bupati untuk seluruh lapisan masyarakat. Bukan untuk satu kelompok atau golongan tertentu.
Ngehema pai cawa nyinyir, ancak kham secancanan ngebangun Pesisir Barat. Begitu nasehat dalam bahasa Lampung yang kudapat dari seorang warga Pesisir Barat. Nasehat yang artinya: "Berhentilah bicara nyinyir, lebih baik kita bergandengan membangun Pesisir Barat. (**)
Editor: Harian Momentum